Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat tertahan hari ini apabila fokus pasar ke pengumuman suku bunga AS pekan depan.

“Probabilitas lebih dari 96 persen bahwa suku bunga acuan AS akan dinaikkan 25 basis poin menurut survei CME FedWatch Tool,” ujar dia ketika ditanya Antara, Jakarta, Senin.

Selain itu, data ekonomi AS pada Jumat malam (14/7) menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen AS yang disurvei Universitas Michigan masih tinggi terhadap perekonomian dan hal tersebut bisa mendorong kenaikan inflasi.

Di samping itu, data ekonomi China pagi ini mengenai data produksi industri dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II/2023 bisa menjadi penggerak pasar.

“Rupiah bisa terbantu menguat bila data-data ekonomi China tersebut lebih bagus dari ekspektasi, di tengah perkiraan pelambatan ekonomi China,” ucap Ariston.

Meninjau dari dalam negeri, pasar disebut akan memperhatikan data trade balance bulan Juni 2023. Apabila memperlihatkan surplus yang lebih tinggi dari perkiraan, ucap dia, maka tentunya dapat menjaga nilai tukar rupiah.

“Potensi pelemahan (rupiah) ke arah resisten Rp15.000 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.930 per dolar AS,” katanya.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,27 persen atau 40 poin menjadi Rp14.998 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.958 per dolar AS.

Baca juga: Dolar hentikan penurunan di awal sesi Asia jelang sejumlah data China
Baca juga: Yuan China turun tipis 8 basis poin jadi 7,1326 terhadap dolar AS
Baca juga: IHSG Senin berpotensi mendatar seiring sentimen regional dan global

 

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023