Para pelaku UMKM di pavilion daerah mengaku bersyukur dapat berpartisipasi di pameran Jakarta Fair, mengingat mereka tidak perlu membayar uang sewa booth. Dengan begitu, mereka dapat mengoptimalkan pendapatan dari pameran untuk modal mengembangkan us
Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan Jakarta Fair Kemayoran 2023 selama 33 hari sejak 14 Juni lalu ditutup dengan meriahnya pesta kembang api.

Penyelenggaraan pameran terbesar, terlengkap, dan terlama se-Asia Tenggara itu berhasil membukukan transaksi mencapai Rp7,5 triliun dengan total jumlah pengunjung sebanyak 6,3 juta orang.

Menurut Marketing Director JI Expo Kemayoran, Ralph Scheunemann, jumlah pengunjung tentu saja tidak akan bisa sebanyak tahun lalu karena durasi penyelenggaraan yang lebih singkat, yakni dari 39 hari pada 2022 menjadi 33 hari pada 2023.

Pada tahun lalu, Jakarta Fair menarik pengunjung hingga 6,9 juta orang dengan total transaksi Rp7,3 triliun.

Namun di sisi lain, daya beli masyarakat meningkat karena realisasi transaksi yang lebih tinggi walaupun jumlah pengunjung tidak sebanyak tahun lalu.

Kenaikan transaksi tahun ini ditopang oleh banyaknya peserta dari bidang otomotif, khususnya kendaraan listrik yang berkontribusi sebesar 20 persen.

Selain otomotif, makanan dan minuman, fesyen, hingga UMKM berkontribusi besar terhadap peningkatan transaksi. Masyarakat juga dinilai memiliki daya beli yang besar untuk melakukan transaksi.

Bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Fair Kemayoran berperan penting dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi Ibu Kota. Apalagi, Jakarta  masih menjadi kontributor utama perekonomian nasional dengan porsi 16,92 persen.

Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengharapkan gelaran Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta (PRJ) dapat  menopang produk domestik regional bruto (PDRB).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi pada 2022 mencapai 5,25 persen atau membaik dibandingkan pada 2021 yang hanya tumbuh sebesar 3,56 persen.

Sektor perdagangan termasuk transaksi Jakarta Fair menjadi sumber tumbuhnya perekonomian DKI Jakarta, yakni sebesar 1,20 persen.

Transaksi perdagangan Jakarta Fair tidak hanya berdampak pada PDRB Jakarta melalui konsumsi masyarakat, tetapi juga mendorong pariwisata dalam negeri, mendorong pengembangan UMKM agar naik kelas serta meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

Pada tahun ini, 40 persen dari 1.500 booth diisi oleh UMKM, termasuk 72 UMKM peserta Jakpreneur yang telah dikurasi mengisi booth di pavilion DKI Jakarta.

Baca juga: Sekda DKI tutup Jakarta Fair 2023 pada Minggu malam

Efek berganda

Selama 33 hari penyelenggaraan, tidak dapat dipungkiri bahwa Jakarta Fair memiliki efek berganda (multiplier effect) karena banyak mampu meraup cuan dari pasar rakyat yang telah berlangsung selama 54 kali tersebut sejak 1968 silam.

Salah satu pedagang kerak telor di Jakarta Fair, Norman, mengaku target penjualannya lebih mudah tercapai dibanding tahun lalu. Pada akhir pekan, ia bisa menjual lebih dari 100 porsi kerak telor.

Dari penghitungan kasar, ia mampu mengumpulkan pendapatan lebih dari Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta pada hari biasa (weekdays), sedangkan pada akhir pekan, terutama saat musim libur anak sekolah bisa mencapai Rp5 juta per hari.

Jika tidak berjualan di Jakarta Fair, Norman biasanya berjualan di kawasan Setu Babakan, Jakarta Selatan, namun penjualan hariannya hanya berkisar 20-30 porsi per hari.

Senada dengan itu, salah satu pedagang UMKM binaan asal Batang, Jawa Tengah, Firman Adi mengakui bahwa produk kerajinan hiasan kupu-kupu bermotif batik yang diproduksinya bisa tembus ke pasar internasional.

Firman yang telah berpartisipasi selama lima kali di Jakarta Fair, bertemu dengan pembeli yang berminat mengekspor karyanya ke Jerman hingga Spanyol untuk dipamerkan.

Usaha kerajinan kupu-kupu dari daun bekas bernama Go-Dong Handycraft itu bisa meraup omzet hingga puluhan juta.

Baca juga: Pelaku UMKM di Jakarta Fair akui banyak dagangan dicuri pengunjung
 
UMKM binaan asal Batang, Jawa Tengah, Go-Dong Handycraft, menjual kerajinan tangan berupa dekorasi kupu-kupu batik di Jakarta Fair Kemayoran, Minggu (16/7/2023). ANTARA/Mentari Dwi Gayati


Berbeda dengan Firman, pemilik kerajinan tangan dari Bali, Emi Krisnawati, mengaku pengunjung pada pameran tahun ini tidak seramai sebelum pandemi atau pada 2019.

Meski begitu, ia mengungkapkan pameran Jakarta Fair meningkatkan jejaring pemasaran terhadap merek dagangannya, yang terbukti dari banyaknya "followers" atau pengikut baru di sejumlah media sosial usahanya yakni @Bali_signwood sejak ikut serta di Jakarta Fair.

Para pelaku UMKM di pavilion daerah mengaku bersyukur dapat berpartisipasi di pameran Jakarta Fair, mengingat mereka tidak perlu membayar uang sewa booth. Dengan begitu, mereka dapat mengoptimalkan pendapatan dari pameran untuk modal mengembangkan usaha.

Selain peserta pameran yang berada di area PRJ, para pedagang, tukang bajaj, hingga penjaga parkir liar juga aji mumpung untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Sisi lain

Dengan rata-rata 100 ribu pengunjung per hari, Jakarta Fair sukses menjadi pusat perputaran uang dalam waktu singkat, sehingga tak dapat dipungkiri banyak pihak yang mencari celah untuk menambah kas pribadi mereka.

Salah satu tukang bajaj, AR, mengatakan dalam sehari, ia bisa mengangkut 15-20 penumpang, bahkan lebih jika di akhir pekan.

Hanya saja, ia mengeluhkan pungutan liar dari oknum organisasi masyarakat. Untuk setiap penumpang yang diantarnya, oknum tersebut akan meminta bayaran Rp5.000.

Setidaknya ada 30 unit bajaj yang parkir di kawasan pintu masuk II Gambir Expo, Jalan Benyamin Suaeb, Jakarta Pusat.

AR mengaku terpaksa membayar pungutan tersebut kepada oknum ormas karena mereka akan mengalihkan lajur parkir bajaj menjadi parkir liar sepeda motor.

Dampaknya, penumpang harus membayar ongkos lebih untuk jarak dekat maupun jauh. Contohnya saja, tarif bajaj dari kawasan Gambir Expo menuju Stasiun Juanda menjadi dua kali lipat lebih mahal, yakni bisa mencapai Rp50 ribu sampai Rp60 ribu, daripada tarif biasa sebesar Rp30.000.

Tak hanya AR, pedagang mie ayam di kawasan pintu 2 Gambir Expo, Salmah mengatakan dirinya juga diharuskan membayar sebesar Rp50 ribu per hari kepada oknum ormas.

Meski dirasa berat, ia mengaku tetap akan berjualan di area Jakarta Fair pada tahun depan karena hampir tidak pernah sepi pembeli selama acara berlangsung.

Baca juga: Jakarta Fair 2023 bukukan transaksi Rp7,3 triliun selama 33 hari

Gelaran Jakarta Fair atau yang dahulu dikenal sebagai Pasar Gambir dibuka untuk menyambut ulang tahun Ratu Wilhelmina, kini dibuka untuk memeriahkan ulang tahun Kota Jakarta, sehingga tak ayal waktu pelaksanaannya berada di bulan Juni sampai Juli.

Selain itu, acara tahunan yang pada 1968 hanya berskala pasar rakyat, kini berkembang pesat menjadi pameran terbesar berskala Asia Tenggara.

Pihak JI Expo Kemayoran pun menyatakan bahwa lokasi dan penempatan gerai untuk gelaran Jakarta Fair di tahun-tahun berikutnya bahkan sudah dipesan oleh perusahaan sejak dua tahun sebelumnya.

Hal itu lumrah saja karena umumnya peserta pameran sudah pasti meraup untung dari acara tahunan itu.
 

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023