Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Atlet, Prestasi, dan IT Pengurus Besar Esports Indonesia Ricky Setiawan mengatakan atlet esports yang cenderung pensiun di usia muda memiliki opsi karier yang cukup beragam untuk dilakoni setelah perjalanan profesionalnya berakhir.

“Setelah pensiun, secara organik, yang memungkinkan adalah beralih menjadi seorang streamer dan masuk ke dunia entertainment atau sportainment,” kata Ricky kepada ANTARA, saat ditemui di Jakarta, Selasa.

Namun demikian, Ricky juga tidak menampik jika tidak semua pemain profesional ingin terjun ke dunia hiburan. Untuk itu, ada pilihan lain yang bisa dijajal yaitu kembali belajar untuk bisa menjadi pelatih dan ofisial.

“Lisensi dan standardisasi pelatih merupakan pemberian jenjang atau kesempatan baru bagi atlet yang sudah pensiun untuk ke coaching. Gaji untuk pelatih juga sudah ada standarnya dan itu merupakan salah satu bentuk konsep penataan untuk mengangkat jenjang mereka,” ujar Ricky yang juga COO Garudaku tersebut.

Adapun rata-rata pemain esports profesional pensiun di usia yang cukup muda, yaitu di kisaran usia 22 hingga 25 tahun, menurut artikel yang diterbitkan Esports Lane.

Selain karena kebanyakan atlet esports memulai kariernya di usia dini yaitu 16 hingga 18 tahun, alasan lain yang membuat mereka menggantung perangkat main mereka lebih cepat dari atlet cabang olahraga lain adalah risiko kesehatan fisik dan mental, finansial yang tidak stabil, hingga cepatnya perkembangan gim seiring dengan kemajuan teknologi.

Baca juga: Piala Presiden Esports 2023 wadah inklusif ekosistem esports nasional

Sedangkan di Indonesia, lanjut dia, belum ada data resmi terkait usia pensiun atlet esports namun diperkirakan di kisaran 23-24 tahun setelah mulai menjadi atlet di usia 18-19 tahun.

“Di Indonesia, secara demografis anak muda sangat banyak dan esports pun dimulai dari anak muda, dan di Indonesia sendiri, esports masih cenderung cukup baru,” ujar Ricky.

Untuk itu, lanjut dia, PB ESI memiliki tiga konsep untuk menjadikan esports sebagai cabang olahraga yang inklusif dan memiliki jenjang yang jelas yaitu terbuka, tersebar, dan tertata.

Tak hanya itu, kehadiran berbagai ajang esports di berbagai model, kelas, dan kalangan juga diharapkan menjadi wadah regenerasi untuk para calon atlet baru.

“Kita planning bagaimana caranya dengan banyak kejuaraan esports dengan berbagai model seperti liga dan turnamen, bisa muncul lebih banyak atlet-atlet baru,” kata Ricky.

“Menurut kami, ultimate peak dari karier atlet dan ofisial adalah membawa Merah Putih sebagai juara di podium. Itu peak-nya. Semua acara yang kita dukung arahnya ke sana. Kita sudah ke SEA Games, (menuju) Asian Games, dan mudah-mudahan Olimpiade juga. Jenjang — ujungnya adalah bawa Merah Putih ke panggung dunia,” imbuhnya.

Baca juga: Menparekraf:Piala Presiden bisa dorong pertumbuhan talenta esports
Baca juga: Timnas CS:GO lolos kualifikasi Asia Pasifik menuju IESF World Esports


Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2023