Apresiasi terhadap Ali Imron sebenarnya sudah ada sejak sebelum BNPT terbentuk pada tahun 2010, karena berkas sudah lengkap, sehingga BNPT tinggal melengkapi dan mengajukan berkas itu,"
Surabaya (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai membantah pihaknya telah mengupayakan grasi untuk terpidana Bom Bali Ustaz Ali Imron, melainkan hanya pengalihan status dari hukuman mati menjadi seumur hidup.

"Apresiasi terhadap Ali Imron sebenarnya sudah ada sejak sebelum BNPT terbentuk pada tahun 2010, karena berkas sudah lengkap, sehingga BNPT tinggal melengkapi dan mengajukan berkas itu," katanya dalam diskusi bersama BNPT dengan Jurnalis di Surabaya, Kamis.

Namun, hal itu bukan bermaksud "mendukung" teroris, melainkan sebatas apresiasi terhadap Ali Imron yang selama ini paling kooperatif dan berjasa untuk membantu aparat penegak hukum dalam pengungkapan jaringan lain.

"Kalau ada teroris yang tertangkap, maka kami dibantu Ali Imron untuk mengungkap jatidiri para teroris yang ada, karena ada teroris yang sempat menjadi santri Ali Imron dan sebagian lagi memang kenalannya," katanya.

Prinsipnya, jasa dan dukungan Ali Imron perlu diapresiasi. "Dia kena hukuman mati dan minta digeser menjadi seumur hidup. Kami sudah mengajukan dukungan pengalihan status hukuman itu," katanya.

Namun, MenkumHAM sudah menyetujui pengajuan berkas pengalihan status hukuman itu. "Jadi, pengajuan sudah disetujui MenkumHAM dan tinggal sikap DPR," katanya.

Ditanya kemungkinan adanya gerakan terorisme di Jatim, ia mengaku setiap provinsi memang ada potensi terorisme, tapi degradasinya berbeda dan Jatim tergolong provinsi yang relatif kebal, karena pemahaman keagamaan yang tumbuh di masyarakat Jatim sifatnya lebih moderat.

"Karena itu, kami mendukung bila pemahaman moderat dalam beragama itu akan dimasukkan ke dalam kurikulum, tapi hal yang penting adalah penulisan ulang bahan ajar agama," katanya.

Hingga Maret 2013, ia mengaku aparat penegak hukum sudah menangkap 850 teroris dengan 60 teroris di antaranya tewas, sedangkan polisi yang tewas dalam baku tepat mencapai 30 orang.

"Jadi, 790 teroris yang tertangkap dalam kondisi hidup itu kami perlakukan baik-baik, apakah anak-anak teroris yang kami santuni atau terduga teroris itu yang kami bantu untuk mengembangkan usahanya," katanya.

Oleh karena itu, upaya penindakan yang dilakukan aparat penegak hukum sebenarnya hanya dalam kondisi darurat, tapi dalam kondisi tidak darurat akan mengedepankan pendekatan humanis.

"Karena itu, kami mengajak mantan terpidana teroris Nasir Abbas dan asosiasi korban bom untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pemahaman keagamaan mereka yang kurang tepat itu," katanya.
(E011/Z003)

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013