Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan sebesar 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke partai politik (parpol) lain karena identitas partai ("party ID") di Indonesia sangat kecil.

"'Party ID' di Indonesia sangat kecil. Artinya, secara teori, 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke lain parpol,” ujar Djayadi dalam webinar nasional bertema "Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024", dipantau dari kanal YouTube Moya Institute di Jakarta, Jumat.

Jika hanya pakai satu indikator ini, tutur Djayadi, maka swing voter menjadi sangat tinggi.

“Selain itu, pengguna internet sangat tinggi. Internet membuat semua partai punya peluang yang sama,” ucapnya.

Meskipun demikian, ia menguraikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi partai baru agar bisa melewati ambang batas parlemen 4 persen.

Pertama, meskipun dapat menjadi keuntungan, identitas partai yang rendah dapat menjadi tantangan yang harus dihadapi partai baru.

Baca juga: Pengamat sebut generasi Z dapat jadi target parpol baru
Baca juga: Pengamat: Munculnya partai baru membuat konstelasi politik 2024 ketat


Kedua, volatilitas parpol tinggi di tingkat provinsi, namun cenderung rendah di tingkat nasional.

Ketiga, minat pemilih untuk mendukung partai baru cenderung turun. Performa partai baru paling tinggi terjadi pada tahun 2004.

"Total suara partai baru di 2004 itu sekitar 21,3 persen, hanya kalah dari Golkar yang memperoleh 22 persen lebih. Jumlah itu turun jadi 7,2 persen di 2009 dan seterusnya," ujar Djayadi.

Keempat, jumlah partai yang masuk di parlemen dalam beberapa kali pemilu cenderung stabil. Artinya, pilihan orang cenderung stabil ke partai-partai yang sama.

"Usia rata-rata partai di atas 15 tahun. Hanya dua partai yang usianya 10 tahun lebih. Artinya, partai-partai di DPR akan bertahan. Ini mempersulit partai baru untuk masuk,” ucapnya.

Kelima, parpol baru belum dikenal luas di publik. Partai baru, menurut Djayadi, hanya punya popularitas sekitar 60 persen untuk menopangnya masuk parlemen.

"Upaya sosialisasi partai menjadi kunci. Masalahnya adalah waktu tinggal kurang dari tujuh bulan," kata dia.

Keenam, semua partai politik memiliki kecenderungan yang sama soal kebijakan ekonomi, politik, dan sosial. Parpol-parpol belum mampu saling membedakan diri dalam persoalan tersebut.

"Itulah yang menyebabkan pilihan terhadap partai menjadi stabil," kata Djayadi.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023