Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Departemen Politik Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM) Arga Pribadi Imawan mengatakan "everyday politics" atau gaya politik keseharian dapat menjadi strategi efektif untuk menggaet suara generasi Z pada Pemilu 2024.

"Generasi Z (gen Z) itu lebih suka dengan gaya 'everyday politics'," ujar Arga Pribadi dalam acara Diskusi "Pojok Bulaksumur" di Halaman Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Jumat.

Konsep politik keseharian atau "everyday politics" merupakan cara politisi berkomunikasi dengan gaya yang lebih dekat dengan masyarakat menggunakan bahasa ringan dan membumi.

Menurut dia, konsep itu memanfaatkan ruang media baru atau media sosial yang lebih disukai gen Z, seperti Twitter atau Instagram sebagai wahana mereka berkomunikasi.

"Kata kuncinya adalah tidak ada struktur yang baku terkait apa yang disampaikan oleh para politisi, jadi sifatnya 'day to day politics', sifatnya keseharian," ujar Arga.

Strategi politik keseharian, kata dia, bertolak belakang dengan konsep "politik superstar" di mana politisi biasanya memilih berkomunikasi dengan cara maupun bahasa kurang membumi.

"Misalnya (mengatakan) saya sebagai pemimpin akan menumpas kemiskinan. Itu gaya-gaya superstar," kata dia.

Baca juga: KPU optimalisasikan media sosial menyasar pemilih gen Z
Baca juga: Hilangkan politik identitas agar partisipasi gen Z naik di Pemilu 2024


Arga meyakini apabila parpol atau bakal calon presiden pada Pilpres 2024 mampu merespons setiap topik yang sedang hangat dibicarakan di medsos dengan gaya "everyday politics", maka elektabilitasnya berpeluang meningkat.

Sayangnya, menurut Arga, belum banyak tokoh maupun politisi yang secara maksimal menerapkan strategi itu untuk merebut suara gen Z.

Dia mencontohkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil adalah salah satu tokoh atau politisi yang sudah lama merintis gaya "everyday politics" secara maksimal.

Melalui akun media sosialnya, kata dia, Ridwan Kamil mampu membangun kedekatan dengan kalangan pemilih muda, di antaranya dengan mengomunikasikan hobi bermotor dan bersepeda yang merupakan hobi anak muda.

Strategi komunikasi yang cenderung informal semacam itu, kata dia, bisa pula diterapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu untuk meningkatkan partisipasi pemilih dari kalangan gen Z. "Strategi ini berlaku untuk seluruh instansi," kata dia.

Manajer Riset Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM Agung Nugraha meyakini sebagian besar parpol telah menyadari betapa pentingnya mendekati gen Z dan milenial melalui sarana media sosial.

Menurut dia, parpol telah menyadari bahwa media sosial masih menjadi media yang dirujuk gen Z dan milenial untuk memperoleh informasi dan wawasan terkait para calon.

Seperti yang kerap disampaikan berbagai lembaga survei, menurut dia, bahwa apabila parpol atau peserta pemilu ingin memenangkan kontestasi Pemilu 2024 maka cukup berfokus pada pemilih gen Z dan milenial.

"Karena 60 persen dari total pemilih DPT 2024 adalah gen Z dan milenial," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023