Ini bukan hanya ajang olahraha namun merupakan kesempatan untuk bangkit dari revolusi ke rekostruksi negara...
Tripoli (ANTARA News) - Libya berusaha keras untuk dapat menjadi tuan rumah Piala Afrika 2017, kesempatan untuk memperlihatkan kemajuan sepak bola mereka dan menandai kembalinya masa-masa normal di negara yang diganggu masalah-masalah pasca revolusi yang tidak ada habisnya.

Negara di Afrika Utara itu awalnya ditunjuk untuk menjadi tuan rumah turnamen 2013 namun revolusi untuk menggulingkan Moamer Kadhafi dua tahun silam membuat Afrika Selatan menggantikan mereka, mendahului jadwal di mana Afsel semestinya menjadi tuan rumah pada 2017.

Ketua panitia penyelenggara Libya Awad al-Baraassi mengatakan negaranya yang kaya minyak "bertekad" untuk maju dan menjadi tuan rumah pada perayaan 60 tahun turnamen itu, dan akan menggunakan "semua sumber daya yang dimiliki" untuk memastikan kesuksesan ajang tersebut.

Bagaimanapun, itu merupakan tugas berat, di mana otoritas-otoritas Libya masih berjuang menegakkan hukum dan mengatur negara itu yang masih diganggu masalah ketidak amanan dan kekerasan.

Menteri pemuda dan olahraga Abdessalem Ghulia mengatakan menjadi tuan rumah turnamen 2017 akan menjadi kesempatan ideal untuk mendorong era baru yang normal pasca konflik di Libia.

"Menyelenggarakan Piala Afrika akan memperlihatkan kembalinya kehidupan normal di seluruh negeri dan peluncuran proyek-proyek pembangunan," ucapnya.

"Ini bukan hanya ajang olahraga namun merupakan kesempatan untuk bangkit dari revolusi ke rekostruksi negara," ujarnya, memohon agar sektor-sektor publik dan swasta dapat bergabung untuk "proyek nasional."

Perdana Menteri Ali Zeidan menegaskan bawha keamanan memegang kunci.

"Tidak seorang pun akan datang ke sini jika keamanan tidak direstorasi," kata Zeidan, meminta negaranya bersatu melawan kekerasan dan untuk membubarkan kelompok-kelompok milisi yang menimbulkan rasa tidak aman di seluruh negeri.

Sejumlah otoritas telah meluncurkan kampanye yang memukau untuk meyakinkan Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) bahwa mereka dapat menyelenggarakan turnamen papan atas, sambil melibatkan Mustafa Abdel Jalil, mantan pesepak bola yang memimpin revolusi anti-Khadafi.

Presiden FIFA Sepp Blatter dan presiden CAF Issa Hayatou, memberikan dukungan pada Libya untuk menyelenggarakan turnamen 2017, menurut panitia penyelenggara.

Libia memiliki tiga kota untuk menyelenggarakan pertandingan-pertandingan itu: Tripoli, Misrata, dan Benghazi.

Panitia penyelenggara mengatakan pertandingan-pertandingan itu akan dimainkan di enam stadion, dua di antaranya akan dibangun di Tripoli dengan kapasitas 60.000 dan 22.000 penonton, dan satu stadion di Misrata dengan kapasitas 23.000 penonton.

Delegasi CAF diharapkan akan mengunjungi Tripoli dan Benghazi pada akhir bulan ini untuk memeriksa situasi keamanan dan infrastruktur di negara itu, demikian disampaikan menteri pemuda dan olahraga dikutip AFP.

Delegasi itu juga akan menentukan apakah kompetisi-kompetisi internasional dapat dilangsungkan di Libya, negara yang terkena skorsing sejak 2011 di mana federasi sepak bola dikelola oleh keluarga Khadafi.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013