Surabaya (ANTARA) - Sore itu, saat pertandingan Persebaya melawan Rans Nusantara FC, di stadion kebanggaan warga Surabaya, Gelora Bung Tomo (GBT) tak seramai biasanya. Menurut catatan panitia pertandingan, suporter yang hadir hanya 9.060 orang, di antaranya merupakan anak-anak. Kalau pertandingan besar, biasanya stadion itu dipenuhi hingga 40.000-an penonton.

Sore itu sejumlah suporter berbondong-bondong membawa keluarga mereka, termasuk istri dan anak-anaknya. Bahkan, ada pula yang membawa anak di bawah usia lima tahun.

Stigma yang disematkan publik pascatragedi Kanjuruhan seolah mulai menghilang dengan kedatangan mereka. Stadion yang menjadi tempat pertandingan bola kini menjadi tempat yang ramah bagi semua golongan masyarakat.

Bahkan, dalam dua pertandingan kandang, tim berjuluk Bajol Ijo tersebut, di "tribun keluarga" hampir penuh penonton.

Awalnya, penyematan tribun keluarga diperuntukkan bagi suporter tim tamu yang sejatinya mendapat kuota untuk melihat langsung klub kesayangannya. Namun, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) membuat regulasi yang tidak memperbolehkan suporter tamu untuk datang ke kandang lawan.

Oleh karena itu, sebagai upaya menjadikan stadion berkapasitas 46 ribuan orang tersebut ramah bagi siapapun, maka muncullah inovasi itu.

Sebelum memasuki stadion, suporter yang terlihat mencurigakan akan dites kadar alkohol sebagai bentuk antisipasi dari pihak panpel yang bekerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya.

Selain itu, bagi anak-anak, diberikan bingkisan berupa camilan ringan untuk menemaninya saat melihat tim kesayangan berlaga. Tak ayal, para Bonek Cilik itu merasa girang karena mendapat jajanan yang dapat dinikmati sambil menonton pertandingan bola.

Sejatinya, sepak bola memang tercipta sebagai sara hiburan bagi semua, tidak terkecuali anak-anak ataupun remaja.


Tempat hiburan masyarakat

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memprogramkan Stadion GBT sebagai tujuan wisata olahraga, melengkapi sejumlah objek wisata lainnya di Kota Pahlawan itu.

Bukan tanpa alasan, stadion di sisi barat Surabaya itu merupakan kandang salah satu klub sepak bola legendaris di Indonesia.

Pemkot Surabaya terinspirasi dari klub sepakbola luar negeri, seperti Liverpool Manchaster United, Barcelona, Real Madrid, dan sejumlah tim lainnya, yang menjadikan stadion home base mereka sebagai objek wisata.

Sejumlah piala dan barang-barang legenda maupun ikon pemain yang masih aktif turut dipajang di lokasi itu.

Bahkan jika tidak ada pertandingan, semua pengunjung boleh memasuki tribun stadion dan berkeliling di ruang pajang klub-klub tersebut. Stadion kemudian menjadi seperti museum atau galeri yang tiap harinya selalu didatangi wisatawan.

Pemkot Surabaya menyatakan ingin membuat Stadion GBT bagaikan Anfield atau Old Trafford.

Konsep Stadion GBT untuk sarana wisata olahraga, oleh Pemkot Surabaya juga akan dimasukkan ke dalam berkas kerja sama kota kembar dengan Kota Liverpool di Inggris.

Upaya tersebut makin menguatkan bahwa olahraga, terutama sepak bola, sejatinya memang untuk hiburan dan wisata bagi semua kalangan.


Ramah anak

"Pemain ke-12" merupakan julukan bagi para suporter sepak bola. Kehadiran mereka di ajang pertandingan sangat dinanti oleh seluruh pemain maupun ofisial yang bertanding.

Nyanyian atau biasa disebut chant, selalu bergema dan ikut meramaikan suasana saat dua klub berlaga di lapangan hijau.

Suporter dari Kota Surabaya, yang dikenal dengan sebutan Bonek juga selalu menyanyikan chant-chant tersebut untuk menyemangati para penggawa klub kebanggaan Arek Suroboyo agar dapat memenangi laga.

Tentu, dalam chant tersebut tidak melulu pujian yang dilontarkan, ada juga kritikan yang dilempar ke para pemain, jika hasilnya tidak sesuai harapan.

Namun, chant rasis yang biasanya terdengar di stadion perlahan mulai menghilang. Kata-kata tak pantas yang kerap kali mengandung rasisme sudah mulai tudak terdengar di stadion yang mulai dibangun pada 2008 itu.

Upaya-upaya tersebut memang memerlukan adanya koordinasi yang dibangun dari berbagai pihak.

Panpel pertandingan selalu membangun koordinasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pertandingan sepak bola menjadi ajang rekreasi. Keterlibatan aparat kepolisian dalam pertandingan sekaligus menunjukkan hadirnya negara dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat.

Masih dalam suasana peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2023 yang jatuh pada 23 Juli, ikhtiar semua pemangku kepentingan sepak bola di Kota Surabaya ini sejalan dengan semangat untuk melindungi anak dan menjadikan kota yang ramah anak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) RI, menetapkan tema HAN 2023 "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".

Salah satu sub tema dari tema HAN 2023 adalah "Wujudkan Lingkungan yang Aman untuk Anak", yang jika dijabarkan dalam berbagai aspek kehidupan adalah membangun kepedulian dan kesadaran orang tua, pengasuh, guru, masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam upaya memenuhi hak serta mewujudkan perlindungan anak.


"Wani Resik"

Lingkungan yang nyaman dan aman juga dilakukan oleh panpel, dengan menggelorakan "Gerakan Wani Resik", dengan menggandeng para sukarelawan yang berasal dari Bonek.

Para sukarelawan itu diberi kantong besar hitam untuk mengumpulkan sampah-sampah sisa makanan yang tercecer seusai pertandingan. Bahkan, di titik-titik sudut tribun juga telah disediakan kantong tersebut.

Tugas mereka di akhir pertandingan adalah memunguti satu per satu sampah-sampah yang ada di tribun stadion.

Gerakan tersebut diharapkan dapat menggugah keinginan para suporter untuk berbuat yang sama, dengan menyimpan dahulu sampahnya dan dibuang ke tempat yang telah disediakan.

Terbukti, di akhir pertandingan, para sukarelawan dan seribuan suporter bahu membahu untuk mengambil sampah yang ada di tribun stadion.

Melalui gerakan yang diawali pada laga Anniversary Game 96 tahun Persebaya saat melawan Persija Jakarta itu terus dilakukan oleh panpel sebagai upaya meningkatkan kenyamanan datang ke stadion.

Gerakan tersebut sudah digaungkan oleh Presidium Nasional Suporter Sepakbola Indonesia (PN-SSI) sebelum Liga 1 Indonesia musim 2023/2024 digelar.

Kesepakatan yang diwakili perwakilan suporter-suporter seluruh Indonesia, gerakan tersebut dicanangkan dan telah terbukti di Surabaya.

Dengan adanya kerja sama antarlini, mulai dari suporter, panpel, instansi keamanan dan pemerintahan, upaya untuk menjadikan Stadion GBT ramah anak patut didukung oleh semua pihak.
 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023