Cirebon, (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat mentargetkan dalam dua tahun ke depan pembibitan lele di Jawa Barat sudah memakai induk unggulan lele Sangkuriang yang lebih cepat besar, sementara tingkat mortalitas (kematian) rendah, sehingga produktivitas tambak lele bisa lebih ditingkatkan. "Direncanakan ada enam ton induk lele Sangkuriang yang akan disebar ke sentra-sentra budidaya lele di Bogor, Subang, Cirebon, dan Indramayu," kata Darsono, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat di Indramayu, Kamis (22/6). Ia menjelaskan, peternak yang mendapat induk lele itu diminta untuk membudidayakannya terlebih dahulu, baru kemudian disebarkan kepada pembibit yang lain, sehingga dalam dua tahun semua pembibit lele sudah menggunakan Induk Sangkuriang. Namun Darsono mengaku belum mengetahui apakah indukan itu diberikan gratis atau dengan sistem tukar, karena harga indukan satu paket ukuran 15 kilogram mencapai Rp500 ribu. "Harga itu murah meriah untuk ukuran induk unggulan, karena hasil anakannya mempunyai tingkat pertumbuhan yang bagus," katanya. Ia mengakui, selama ini mutu genetik induk lele yang ada pada peternak pembibitan tergolong rendah, sehingga pencapaian produksi panen sangat rendah karena pertumbuhan lambat. "Sudah banyak keluhan peternak pembibit tentang mutu genetik indukan, tetapi kami kesulitan memenuhi permintaan peternak karena keterbatasan induk unggulan dari balai budidaya air tawar ," katanya. Dalam upaya mengatasi masalah itu, saat ini pemberian induk unggulan kepada peternak pembibit bukan lagi lele ukuran siap kawin yang berusia tujuh bulan ke atas, tetapi ukuran yang lebih kecil, sehingga proses penyebaran induk unggulan bisa dipercepat. Ia juga mengungkapkan, pasar budidaya lele masih menjanjikan, karena selama ini kebutuhan Jabotabek masih kekurangan antara 15 sampai 20 ton setiap hari, belum termasuk pasaran ekspor. Sementara itu sejumlah peternak di Cirebon dan Indramayu mengaku gembira dengan rencana program penggantian induk unggulan, karena selama ini tingkat kematian hasil pembenihan yang asal-asalan tergolong tinggi, berkisar antara 40 sampai 50 persen seperti hasil pembenihan dari Gegesik Cirebon. "Sejak dulu kami berharap ada perbaikan mutu bibit, karena dengan bibit yang sekarang tingkat kematian mencapai 60 persen dari tebar awal, sehingga keuntungan sangat tipis," kata Suganda, Ketua Kelompok Peternak Lele Kersa Mulya Bakti di Desa Kertasura, Cirebon. Sementara itu Suwanto, peternak lele asal Desa Losarang Indramayu mengemukakan bahwa selama ini benih menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan hasil produksi, sehingga keberadaan benih lele Sangkuriang sangat ditunggu petambak. "Di Desa Gabus Kecamatan Gabus Wetan sudah ada pembenih lele Sangkuriang, dan mulai Juli 2006 sudah bisa disebarkan anakannya, tetapi jumlahnya belum banyak," kata Suwanto yang sudah mengadakan kerjasama dengan kelompok pembenih lele Sangkuriang itu.(*)

Copyright © ANTARA 2006