Sosialisasi Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi ini bertujuan untuk menguatkan keterlibatan para pihak dalam program konservasi melalui kegiatan kolaborasi konservasi
Bogor (ANTARA) - Taman Safari Indonesia (TSI) bersama Balai Taman Nasional (BTN) Wakatobi mengampanyekan Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi untuk melindungi burung tersebut dari kepunahan.

Komisaris TSI Tony Sumampau di Bogor, Jawa Barat, Senin, menyebutkan bahwa burung kacamata wangi-wangi atau zosterops paruh besar memang merupakan satwa yang kurang dikenal masyarakat umum di Indonesia.

Maka, kata dia, dilakukan kampanye, salah satunya melalui sosialisasi Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi di Hotel Wisata, Pulau Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (20/7).

Ia menjelaskan, sosialisasi Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi ini bertujuan untuk menguatkan keterlibatan para pihak dalam program konservasi melalui kegiatan kolaborasi konservasi.

Baca juga: PHR alokasikan Rp24 miliar dukung program konservasi gajah

Terlebih, kata dia, burung kacamata wangi-wangi sebagai spesies endemik Pulau Wangi-wangi membutuhkan perhatian bersama secepatnya.

Sosialisasi tersebut, dihadiri sebanyak 61 tamu undangan yang berasal dari berbagai dinas atau instansi pemerintah di Kabupaten Wakatobi, akademisi, kepala desa dan lurah serta tokoh masyarakat.

Menurut Tony, burung yang baru dideskripsikan sebagai spesies baru dan endemik di Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada tahun 2019 ini rentan terhadap kepunahan di alam bila tidak ada tindakan pelestarian sesegera mungkin yang dilakukan secara kolektif.

"Kami di TSI telah memulai Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi sejak 2019 dengan membangun kompleks penangkaran di Prigen Conservation Breeding Ark (PCBA)," ujarnya.

Tony menyebutkan, total burung yang dihasilkan dari penangkaran tersebut hingga saat ini mencapai 26 ekor.

"Dibutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kerja sama dengan berbagai pihak di Pulau Wangi-wangi menjadi kunci utama keberhasilan pelepasliaran nanti," papar Tony.

Baca juga: 803.440 meter terumbu karang di Sunda Kecil direhabilitasi Coremap-CTI

Ia mengatakan, sejak tahun 2022, TSI bersama Balai Taman Nasional Wakatobi melakukan berbagai Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi di Pulau Wangi-wangi.

Tony berharap, kolaborasi ini mampu mendorong peningkatan populasi kacamata wangi-wangi di habitat alaminya mengingat statusnya endemik yang rentan terhadap kepunahan.

"Diharapkan juga menjadi fauna identitas (ikon satwa) yang baru bagi Kabupaten Wakatobi," terangnya.

Sementara, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Darman mengatakan, kerja sama yang dilakukan dengan Taman Safari Indonesia merupakan wujud dukungan pihaknya terhadap Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi.

Kemudian, kata dia, program ini menjadi upaya Balai Taman Nasional Wakatobi untuk melakukan pelestarian satwa liar di kawasan darat, selain pelestarian biota bawah laut yang telah dilakukan.

“Burung yang hanya ada di Pulau Wangi-wangi ini sangat berperan dalam membantu mengendalikan populasi ulat-ulat yang merugikan tanaman petani lokal. Hal ini karena burung ini juga memakan ulat-ulat," tuturnya.

Bupati Wakatobi, Haliana menyambut baik rencana pelestarian burung kacamata wangi-wangi dan mengajak seluruh peserta sosialisasi untuk terlibat dalam kepedulian bersama dengan mengkampanyekan Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi lebih luas.

“Mari kita beri kesadaran kepada masyarakat kita untuk bisa menyadari begitu pentingnya satu ekor kacamata wangi-wangi untuk menjaga ekosistem dan tentu menjadi daya tarik kita sebagai daerah wisata," kata Haliana.

Baca juga: Bappenas jamin keseimbangan ekonomi dan ekologi dalam konservasi laut

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023