Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik untuk sesi ketiga berturut-turut di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena tanda-tanda pasokan yang lebih ketat dan janji otoritas China untuk menopang ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengangkat sentimen pasar.

Minyak mentah berjangka Brent menguat 25 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 82,99 dolar AS per barel pada pukul 06.33 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 79,01 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak tersebut menetap lebih dari 2,0 persen lebih tinggi pada hari sebelumnya di level penutupan tertinggi sejak April.

Harga acuan minyak mentah telah naik selama empat minggu berturut-turut karena pasokan diperkirakan akan mengetat akibat pemotongan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. Beberapa analis mengatakan itu bisa naik lebih jauh dalam jangka pendek.

"Para pedagang energi semakin percaya diri bahwa pengetatan bank sentral global akan segera berakhir, yang seharusnya memberikan dukungan bagi pertumbuhan global," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.

Di China, ekonomi terbesar kedua di dunia dan konsumen minyak terbesar kedua, para pemimpin berjanji akan meningkatkan dukungan kebijakan untuk ekonomi di tengah pemulihan pascaCOVID yang berliku-liku, dengan fokus pada peningkatan permintaan domestik.

Namun, data bearish di zona euro dan Amerika Serikat menggarisbawahi pelemahan ekonomi global.

Di zona euro, aktivitas bisnis menyusut lebih dari yang diharapkan pada Juli karena permintaan di industri jasa-jasa dominan blok tersebut menurun, sementara output pabrik-pabrik turun pada laju tercepat sejak COVID-19 pertama kali terjadi, sebuah survei menunjukkan.

Di AS, aktivitas bisnis melambat ke level terendah lima bulan pada Juli, terseret oleh perlambatan pertumbuhan sektor jasa-jasa, sebuah survei yang diawasi ketat menunjukkan, tetapi penurunan harga input dan perekrutan yang lebih lambat menunjukkan bahwa Federal Reserve dapat membuat kemajuan di bidang-bidang penting dalam upayanya untuk mengurangi inflasi.

Investor telah memperkirakan kenaikan seperempat poin dari Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB) minggu ini, jadi fokusnya akan tertuju pada apa yang dikatakan Ketua Fed Jerome Powell dan Presiden ECB Christine Lagarde tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

Kemudian pada Selasa, data industri tentang persediaan minyak mentah AS akan dirilis. Empat analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 2 juta barel dalam sepekan hingga 21 Juli.

Baca juga: Minyak menguat di awal Asia dipicu pasokan lebih ketat, harapan China
Baca juga: Rubel Rusia menguat, menjauh dari 91 terhadap dolar
Baca juga: Harga minyak melonjak didorong pasokan ketat dan stimulus China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023