Urusan literasi harus ditanamkan sejak dini bagi generasi muda anak bangsa sebagai penerus estafet yang menentukan nasib negeri ini ke depan.
Tanjungpinang (ANTARA) - Masyarakat yang menulis adalah masyarakat hebat, karena masyarakat menulis sudah pasti masyarakat yang membaca.

Masyarakat yang menulis adalah masyarakat literat dan Insya Allah akan menjadi masyarakat sejahtera.

Demikian ungkapan yang disampaikan Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Ofy Sofiana, saat menghadiri pembukaan acara Talkshow Literasi Anak dan Pelatihan Kepenulisan Bersama Duta Baca Indonesia Heri Hendrayana Harris atau dikenal dengan nama pena Gol A Gong di Gedung Daerah Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Selasa.

Ofy Sofiana menyebut dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sangat jelas mengatur bahwa negara memiliki kewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa, karena dengan bangsa yang cerdas  negara berpeluang menjadi maju dan sejahtera.

Salah satu upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa ialah dengan meningkatkan produk intelektual, berupa bahan bacaan.

Kendati harus diakui, Indonesia masih menghadapi masalah ketercukupan koleksi dan akses bahan bacaan yang belum merata untuk dinikmati semua kalangan masyarakat.

Oleh sebab itu, pemerintah melalui Perpusnas RI gencar melakukan safari gerakan nasional gemar membaca di seluruh wilayah Indonesia yang bertujuan membantu meningkatkan minat baca masyarakat, termasuk di Provinsi Kepri.

Selain itu, sejak 2006, Perpusnas juga telah memilih promosi pembudayaan membaca dengan memilih Duta Baca Indonesia. Sosok yang dipilih adalah publik figur yang mempunyai tugas sebagai motivator dan pembudayaan membaca sekaligus mengajak masyarakat agar terlibat aktif dalam menumbuhkan semangat literasi.

Mereka yang pernah menjadi Duta Baca Indonesia, di antaranya Tantowi Yahya, Andi F Noya, Najwa Shihab, dan sekarang Gol A Gong.

Indonesia memang sudah saatnya keluar dari penghakiman dunia tentang tingkat kegemaran membaca masyarakat yang relatif rendah.

Berdasarkan hasil kajian pada 2020, Indonesia menduduki peringkat ke-16 dunia dalam hal kebiasaan membaca, dengan durasi lama membaca rata-rata 6 jam per minggu. Posisi Indonesia berada di atas Kanada, Jerman, dan Amerika Serikat.

Kemudian hasil kajian pada 2022, menyatakan tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia menunjukkan kenaikan menjadi 9 jam 56 menit per minggu, atau naik 3 jam 56 per minggu dibanding 2020.

Peningkatan itu membuktikan bahwa permasalahan yang dihadapi Indonesia bukan soal tingkat kegemaran membaca, tapi ketersediaan bahan bacaan.

Karena itu, Perpusnas fokus mencari cara memperbanyak bahan bacaan di tengah-tengah masyarakat.

Di Provinsi Kepri, salah satu upaya memenuhi kebutuhan koleksi bahan bacaan masyarakat dapat dilakukan dengan memproduksi bahan bacaan oleh masyarakat untuk masyarakat.

Produk bahan bacaan tidak hanya sebagai koleksi yang disimpan, tapi menjadi media sharing dan informasi, termasuk informasi terkait kearifan lokal di Provinsi Kepri.

Buku mencerminkan peradaban bangsa, demikian pula buku tentang Provinsi Kepri, khusus menggambarkan tentang peradaban budaya di daerah tersebut.

Masyarakat yang memiliki tanggung jawab lebih untuk menuliskan tentang Provinsi Kepri, adalah masyarakat di daerah itu sendiri.

Pemerintah daerah ini memiliki kewajiban mendorong warganya untuk terus menulis, terlebih menulis kearifan lokal setempat.

Perpusnas pun sangat mendukung segala bentuk upaya pemerintah daerah dalam rangka pemenuhan bahan bacaan, akses terhadap sumber informasi dan produktivitas dalam menghasilkan karya intelektual berbasis konten lokal.

Provinsi Kepri dengan segala potensi yang dimiliki seperti nilai-nilai sejarah dan budaya, harus dapat terdokumentasikan dalam bentuk buku agar dapat menjadi sumber pengetahuan bersama.

Buku juga dapat memancing ide dan gagasan baru, sehingga masyarakat di Provinsi Kepri bisa terus berinovasi dalam memanfaatkan potensi yang ada melalui karya-karya yang dituangkan dalam bentuk sebuah buku.

Literasi sejak dini

Mengutip laman Wikipedia, literasi atau kemelekan adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

Program literasi menjadi suatu keniscayaan yang sangat penting dilakukan serta perlu menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat, seperti yang ditekankan Gubernur Provinsi Kepri, Ansar Ahmad.

Urusan literasi harus ditanamkan sejak dini bagi generasi muda anak bangsa sebagai penerus estafet yang menentukan nasib negeri ini ke depan.

Semangat dalam menanamkan literasi akan membentuk anak-anak hari ini menjadi generasi yang punya kemampuan, kapasitas, dan kompetensi dalam menentukan keberhasilan hidup mereka di masa-masa mendatang.

Tema yang diangkat dalam Talkshow Literasi Anak dan Pelatihan Kepenulisan Bersama Duta Baca Indonesia di Provinsi Kepri pada 2023 "Membaca Itu Sehat, Menulis Itu Hebat", mengingatkan kita pada sebuah hadist yang diriwayatkan Anas Bin Malik yang berbunyi "Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan".

Hadist ini menunjukkan bahwa menulis merupakan suatu cara terbaik bagi insan yang sedang menuntut ilmu agar ilmu yang diperoleh dapat lekat dalam ingatan hingga ke akhir hayat.

Sejalan dengan tema itu pula, tidak dapat dipungkiri bahwa menulis merupakan pekerjaan yang hebat. Hal ini sudah dibuktikan sejak ratusan tahun silam oleh Raja Ali Haji, seorang ulama, sastrawan dan pujangga abad ke-19 kelahiran Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepri.

Raja Ali Haji kala itu menggubah sebuah kalimat indah dalam salah satu buku karangannya "Bustan Al-Katibin" berbunyi segala pekerjaan pedang itu boleh dibuat dengan pena. Artinya ketajaman pedang itu bisa dinarasikan dengan sebatang pena (alat tulis).

Dari situ, dapat dipelajari betapa Raja Ali Haji percaya bahwa pena mampu mendesain bagaimana kebudayaan ditata dan seperti apa peradaban dibutuhkan.

Sosok yang disebut-sebut sebagai Bapak Bahasa Indonesia lewat pengembangan Bahasa Melayu dalam bentuk sastra itu, juga mengingatkan kita betapa pentingnya menguasai kemampuan tata bahasa dan dahsyatnya kekuatan sebuah tulisan.

Raja Ali Haji ikut membangkitkan kesadaran bahwa literasi harus ditanamkan sedini mungkin.

Sementara di dalam dunia parenting atau pola asuh orangtua terhadap anak, aktivitas menulis pada anak dipercaya memberikan banyak manfaat, antara lain meningkatkan kecerdasan, sebagai ruang ekspresi dan ruang aktualisasi diri, meningkatkan kemampuan berbahasa, hingga memperkuat daya ingat.

Tak cuma itu, menulis pun memiliki manfaat memperpanjang umur, namun tentu ini tidak bisa diartikan secara harfiah, sebab,  hanya sebuah kiasan yang bermakna setiap penulis akan mati/meninggal, tapi karyanya akan tetap abadi melampaui zaman.

Karyanya dibaca dari generasi ke generasi, sebagaimana yang diungkapkan pengarang ternama Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya "Bumi Manusia" yang menyebut orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan sejarah.

Jika ditelisik lebih jauh, dalam Al-Quran Surat Al-'Alaq ayat pertama disebutkan umat manusia juga diperintah untuk membaca. Selanjutnya pada ayat keempat, terkandung perintah untuk menulis.

Hal ini berarti, membaca dan menulis adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, layaknya dua sisi mata uang.

Akhir-akhir ini, Pemda Kepri memang memberikan atensi lebih pada peningkatan kegemaran membaca masyarakat. Namun, upaya menggerakkan kegemaran menulis perlu dintensifkan karena  pembudayaan membaca dan menulis hendaknya mendapat porsi yang sama.

Berkaca terhadap apa yang terjadi di Pulau Penyengat pada abad ke-19, kala itu aktivitas para cendekiawan riuh rendah merayakan semangat membaca dan menulis.

Dari Pulau Penyengat lahir karya hebat dengan raja tiada banding dan tiada tanding, sebut saja Gurindam 12 gubahan Raja Ali Haji sebagai suatu karya monumental sastra lama yang sangat fenomenal dan spektrum yang luas dalam membentuk karakter dan budaya masyarakat Provinsi Kepri.

Dengan demikian acara Talkshow Literasi Anak dan Pelatihan Kepenulisan Bersama Duta Baca Indonesia Gol A Gong diharapkan dapat memberi tunjuk ajar kepada generasi muda di Provinsi Kepri tentang literasi dan kepenulisan, sehingga pijar literasi yang dulu pernah bersinar lantang di Pulau Penyengat pelan-pelan hidup kembali.
Sekretaris Utama Perpusnas RI, Ofy Sofiana, menyampaikan sambut pada acara Talkshow Literasi Anak dan Pelatihan Kepenulisan di Gedung Daerah Kota Tanjungpinang, Selasa (25/7/2023). (Ogen)



Safari literasi di pulau-pulau

Semangat gelora literasi digaungkan Duta Baca Indonesia, Gol A Gong dengan melakukan safari keliling gemar membaca nasional di pulau-pulau yang ada di Provinsi Kepri, mulai dari Pulau Bintan, Lingga, Karimun, hingga Anambas.

Ia melakukan aksi blusukan itu untuk memotivasi sekaligus memberitahu langsung kepada anak-anak pulau agar membudayakan membaca serta memberikan pelatihan menulis.

Gol A Gong meneruskan tongkat estafet Duta Baca Indonesia sebelumnya, Tantowi Yahya, Andi F Noya, dan Najwa Shihab, yang berhasil menanamkan imej bahwa orang-orang sukses seperti mereka berawal dari membaca.

Penulis Novel "Balada Si Roy" itu pun mengingatkan generasi muda bahwa Bahasa Indonesia berasal dari Provinsi Kepri, persisnya di Pulau Penyengat, tempat lahirnya Pahlawan Nasional yang juga Bapak Bahasa Indonesia, Raja ali Haji.

Harapannya ke depan lahir lebih banyak lagi pewaris Raja Ali Haji dari yang sudah ada saat ini, seperti sastrawan Melayu Rida K Liamsi hingga Sutardji Calzoum Bahari.

Dalam kesempatan yang sama, pendiri "Rumah Dunia" ini menghibahkan ratusan kilogram buku bacaan untuk menambah koleksi bahan bacaan anak-anak pulau di daerah itu.

Gol A Agong turut menegaskan sudah bukan masanya Indonesia dibelenggu penghakiman dari negara lain yang kerap menyebut minat baca warga kita masih rendah.

Stigma seperti itu sudah tidak relevan, karena sekarang minat baca generasi muda atau kaum milenial di Tanah Air makin meningkat seiring perkembangan dunia digital, yang mana anak-anak mulai hobi membaca media digital dibanding media konvensional seperti koran.

Di sisi lain, sebagai duta baca yang sudah dua tahun berkeliling Indonesia, Gol A Gong menemukan beberapa masalah utama kenapa minat baca warga Indonesia kerap dicap rendah oleh negara lain.

Masalah tersebut antara lain masyarakat terutama di perkampungan masih kesulitan mengakses perpustakaan. Namun, belakangan pemerintah mulai membangun perpustakaan di kampung-kampung, misalnya di Kabupaten Lingga dengan dana alokasi khusus (DAK) pembangunan perpustakaan.

Kemudian distribusi buku belum merata terutama di daerah timur. Oleh karenanya semua stakeholder terkait, mulai dari masyarakat, mahasiswa, pejabat, hingga akademisi perlu bahu-membahu memberikan bantuan buku bacaan untuk mendorong budaya membaca maupun menulis bagi semua lapisan masyarakat.

Selain itu lewat safari keliling gemar membaca diharapkan dapat mengubah stigma bahwa perpustakaan bukan hanya gudang buku, tapi bisa menjadi ruang publik yang berfungsi untuk interaksi dan aktivitas seperti pemberdayaan masyarakat, sehingga bermuara pada peningkatan perekonomian masyarakat pula, khususnya di "Bumi Segantang Lada", Provinsi Kepri.
Duta Baca Indonesia, Gol A Gong. (Ogen)

 

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023