Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi menyatakan bahwa mobilitas merupakan kata kunci untuk membangun masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.

"Itu (juga) kata kunci untuk memahami urusan internasional yang kompleks," kata Hayashi dalam sebuah simposium yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Japan Foundation dengan tema Mobilities among ASEAN and Japan: Its Future and How We Shape It, Jakarta, Selasa.

Dalam sambutannya, Hayashi mengatakan bahwa fondasi bagi hubungan Jepang dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang kuat saat ini adalah kepercayaan dan rasa hormat.

Kepercayaan dan rasa hormat tersebut, kata dia, dibentuk melalui berbagai macam mobilitas yang dilakukan di antara masyarakat di kedua belah pihak.

Japan Foundation, menurut dia, telah berkontribusi terhadap penguatan hubungan antara masyarakat Jepang dan ASEAN dengan mempromosikan pertukaran budaya dan intelektual serta mendukung proyek bahasa dan pendidikan yang dilakukan oleh Jepang.

Guna memperkuat hubungan tersebut di antara generasi muda, Jepang melalui Japan Foundation dan BRIN dalam keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini, menggelar simposium untuk mengatasi permasalahan yang muncul dari mobilitas yang berlangsung di antara masyarakat ASEAN dan Jepang.

Selain untuk membangun masa depan yang tangguh dan berkelanjutan, mobilitas, kata Hayashi, juga berperan penting untuk menciptakan hubungan persahabatan yang langgeng sekaligus menjadi peluang emas di momen peringatan 50 tahun hubungan ASEAN dan Jepang.

"(Mobilitas) ini penting untuk memfasilitasi penyampaian ide dan kebijakan selain pergerakan masyarakat dan barang," kata dia.

Untuk itu, ia berharap simposium studi tentang mobilitas masyarakat tersebut dapat meletakkan dasar bagi perkembangan tersebut.

Sementara itu, Menteri sekaligus Wakil Duta Besar Jepang untuk ASEAN Yasunori Kodama juga menyampaikan bahwa mobilitas merupakan pilar penting untuk memperkuat kerja sama di antara ASEAN dan Jepang.

"Konektivitas juga penting bagi Indonesia, dalam keketuaannya di ASEAN, untuk mengarusutamakan isu ASEAN dan peran ASEAN sebagai pusat pertumbuhan," katanya.

Peningkatan mobilitas atau konektivitas di antara masyarakat di ASEAN dan Jepang, menurut dia, dapat semakin meningkatkan hubungan sosial dan ekonomi di kedua belah pihak.

Untuk itu, Jepang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan konektivitas tersebut, antara lain melalui program pertukaran mahasiswa dan pemuda bernama Jenesys, yang saat ini telah mengundang sekitar 36 ribu pemuda ASEAN ke Jepang sejak program itu dimulai pada 2007.

Jepang juga sejak 2018 telah mengimplementasikan program pertukaran yang menargetkan seribu pelajar SMA untuk diundang ke Jepang dalam rangka pengenalan sains, teknologi dan budaya Jepang kepada masyarakat di ASEAN.

Upaya itu dilakukan untuk memperkuat hubungan di antara masyarakat ASEAN dan Jepang, sekaligus untuk mendukung salah satu pilar kerja sama dalam Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (AOIP), yaitu konektivitas, yang mencakup konektivitas di antara masyarakat.

"Jadi ini mendukung implementasi AOIP, yang akan menjadi salah satu inti bagi kerja sama dan persahabatan kita di masa mendatang," demikian katanya.

Baca juga: Indonesia dan Jepang bahas kerja sama ekonomi dan isu-isu kawasan
Baca juga: Jepang-ASEAN promosikan supremasi hukum imbangi dominasi China
Baca juga: Jepang siapkan Rp1 kuadriliun lawan kekuatan China di Indo-Pasifik

Pewarta: Katriana
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023