London (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa (25/7) menyatakan tidak akan menoleransi korupsi atau makar dalam urusan negara, saat negeri itu berjuang untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.

Zelenskyy menegaskan seruan antikorupsi dalam pidato video malam hari saat terungkapnya dua kasus yang mengemuka - penangkapan seorang pejabat rekrutmen militer yang dituduh melakukan penggelapan serta seorang anggota parlemen yang dituding berkolaborasi dengan Rusia.

Presiden Ukraina pada bulan lalu mengumumkan rencana untuk mengaudit kantor draf militer sebagai upaya memberantas korupsi.

Langkah itu merupakan bagian dari rangkaian kebijakan guna membersihkan kemiliteran dan berbagai departemen sebagai upaya menunjukkan kepada para pendukung Ukraina di Barat bahwa dia serius untuk menangani korupsi yang mengakar, sebagai langkah-langkah yang merupakan elemen utama dalam proses panjang mengamankan keanggotaan Uni Eropa.

Warga Ukraina umumnya yang mendukung upaya perang sangat marah dengan praktek korupsi, kata Zelenskyy.

"Saya peringatkan kepada seluruh anggota parlemen, pejabat dan semua yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil," katanya.

"Ketika Anda menghabiskan waktu berhari-hari mencari senjata untuk negara, ketika perhatian setiap orang tertuju kepada apakah ada artileri, rudal, dan drone, Anda merasakan kekuatan moral yang telah diberikan tentara kita untuk Ukraina. Tidak akan ada yang bakal memaafkan anggota parlemen, hakim, pejabat militer atau pejabat lainnya yang menempatkan dirinya sebagai oposisi terhadap negara," sambungnya.

Pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dan sejak itu perang tersebut telah menewaskan ribuan warga sipil dan personel militer, serta membuat jutaan orang mengungsi dan kota-kota di Ukraina luluh lantak.

Zelenskyy, menyerukan kepada anggota parlemen, bahwa dia tidak lagi menoleransi mereka yang "karena keuntungan pribadi" menolak untuk mendukung legislasi yang dibutuhkan bagi Ukraina untuk memulai kampanye panjangnya guna mengamankan keanggotaan EU.

"Saya tidak akan lagi mau melihat penolakan seperti itu. Tidak ada yang mau melihatnya. Ukraina tidak memiliki waktu untuk itu," katanya.

Sebelumnya, otoritas hukum menyatakan kepala pusat rekrutmen militer di Ukraina selatan dituduh melakukan korupsi dan penggelapan, serta telah ditahan dengan uang jaminan yang ditetapkan setara dengan lebih dari 4 juta dolar AS (sekitar Rp60,13 miliar).

Lembaga Nasional Ukraina untuk Pencegahan Korupsi menyatakan Yevhen Borysov, kepala kantor rekrutmen militer di Odesa, didakwa memperoleh dana yang tidak bisa dijelaskan asalnya, yang setara dengan sedikit melebihi dari 5 juta dolar AS (sekitar Rp75,24 miliar).

Media Ukraina dalam beberapa bulan terakhir ini telah melaporkan tentang bagaimana keluarganya dapat memiliki properti di Spanyol.

Oleksandr Novikov, kepala lembaga antikorupsi Ukraina, dalam konferensi pers menyatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan Borysov telah memperoleh pinjaman dalam jumlah besar dari mitra bisnis saat Ukraina tengah dihantam gempuran Rusia setiap hari.

Kantor kejaksaan mengatakan anggota parlemen Oleksandr Ponomaryov, yang diduga bekerja sama dengan Rusia di wilayah tenggara yang diduduki, telah ditangkap sambil menunggu persidangan atas tuduhan makar.

Ponomaryov, seorang anggota parlemen yang dipilih dari partai yang telah dilarang karena terkait dengan Rusia, ditempatkan dalam tahanan tanpa uang jaminan oleh pengadilan daerah Pechersk di Kiev.

Ia menyangkal telah berkolaborasi dengan Rusia pada masa lalu.

Sumber: Reuters
Baca juga: Pejabat Ukraina ramai-ramai mundur, dipecat di tengah tuduhan korupsi
Baca juga: Zelenskyy janji akan berantas korupsi di Ukraina segera
Baca juga: Polisi Ukraina temukan 42kg emas di rumah mantan menteri energi

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023