Washington (ANTARA) - Presiden AS Joe Biden pada Selasa (12/12) memperingatkan politisi Partai Republik bahwa mereka akan memberi Rusia "hadiah Natal" jika mereka gagal memberikan bantuan militer tambahan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Pertemuan Zelenskyy sebelumnya dengan seorang anggota parlemen AS berakhir tanpa komitmen untuk mendapatkan lebih banyak dukungan bagi Ukraina.

Zelenskyy telah melakukan perjalanan ke Washington untuk meminta dana guna mendukung Ukraina dalam perangnya dengan Rusia, namun dia mendapat sambutan skeptis dari sejumlah anggota parlemen penting dari Partai Republik.

Mike Johnson, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, tidak setuju untuk mendukung permintaan Biden untuk memberikan bantuan ke Ukraina sebesar 61,4 miliar dolar AS (sekitar Rp958,51 triliun).

"Apa yang tampaknya diminta oleh pemerintahan Biden adalah miliaran dolar tambahan tanpa pengawasan yang tepat, tidak ada strategi yang jelas untuk menang, dan tidak ada jawaban yang menurut saya merupakan hak rakyat Amerika," kata Johnson setelah bertemu dengan Zelenskyy.

Biden, yang kemudian bertemu dengan Zelenskyy di Gedung Putih, mengatakan tidak akan meninggalkan Ukraina dan begitu pula rakyat Amerika.

Dia memperingatkan anggota parlemen bahwa mereka berisiko menyerahkan kemenangan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin jika mereka tidak menyetujui permintaan bantuan tersebut.

"Putin mengandalkan Amerika Serikat yang gagal melakukan upayanya untuk Ukraina. Kita harus... membuktikan bahwa dia salah," kata Biden dalam konferensi pers dengan pemimpin Ukraina tersebut.

Sebelumnya di Ruang Oval, Biden mengatakan kepada Zelenskyy, "Kami akan tetap berada di sisi Anda," dan mengatakan bahwa Kongres perlu mengesahkan undang-undang yang menyetujui bantuan tersebut "sebelum mereka memberi Putin hadiah Natal terbesar yang bisa mereka berikan kepadanya."

Zelenskyy mengatakan dia mendengar "banyak hal besar" selama pembicaraan dengan para pemimpin politik di Washington, serta berterima kasih atas dukungan pemerintahan Biden dan anggota parlemen, tetapi waktu akan membuktikan apakah AS akan terus membantu mendanai pertahanannya melawan Rusia.

"Ada sinyal-sinyal. Itu lebih dari sekedar positif. Tapi kami tahu bahwa ada kata-kata yang bisa diucapkan dan ada hasil yang nyata. Kami akan mengharapkan hasil yang bagus," kata Zelenskyy.

Dia juga menolak seruan untuk menyerahkan wilayah Ukraina ke Rusia.

“Bagaimana bisa Ukraina menyerahkan wilayahnya begitu saja? Ini benar-benar gila. Jujur saja. Orang-orang kami tinggal di sana...anak-anak kami. Ini adalah bagian dari masyarakat kami. Kami berbicara tentang orang-orang yang tinggal di sana," kata Zelenskyy.

Menjelang musim dingin, dengan puluhan ribu warga Ukraina tewas, defisit anggaran yang semakin besar, dan kemajuan Rusia di wilayah timur, Zelenskyy meminta Washington untuk memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan.

Mengenakan kemeja hitam dan celana panjang warna zaitun, Zelenskyy disambut dengan tepuk tangan meriah di Kongres saat dirinya memasuki pertemuan tertutup dengan para senator AS, dan para pemimpin Partai Demokrat dan Republik di Kongres menjanjikan dukungan mereka.

Namun, beberapa anggota Partai Republik, terutama mereka yang memiliki hubungan dekat dengan mantan Presiden Donald Trump, menolak bantuan tambahan.

Mereka mengatakan bantuan lebih lanjut harus dibarengi dengan perubahan kebijakan imigrasi di dalam negeri – sebuah isu yang sangat memecah belah dalam politik AS.

Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Zelenskiy undang Presiden Biden segera kunjungi Ukraina
Baca juga: Dapat undangan Biden, Zelenskyy adakan pembicaraan di Washington
Baca juga: Rusia akan pantau pertemuan Biden-Zelenskyy dengan cermat


Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023