Membantu program-program pemerintah agar terus terkawal
Surabaya (ANTARA) -
Organisasi perempuan Islam Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Surabaya, Jawa Timur membagikan pengalaman dan praktik baik tentang kesehatan keluarga dan penurunan stunting kepada delegasi Asia-Afrika yang mengikuti pelatihan kerja sama Selatan-Selatan.
 
"Kami punya Majelis Taklim Ar-Rahmah yang dilakukan sebulan sekali, mengkaji berbagai macam hal terkait perempuan dan kesehatan reproduksi, jadi kekuatan menurunkan stunting kita dukung dengan itu," kata Ketua II Pimpinan Cabang Muslimat NU Surabaya Masfufah di Surabaya, Kamis.
 
Ia menekankan pentingnya peran perempuan dan pentingnya guyub rukun lintas organisasi demi menurunkan angka stunting yang saat ini juga tengah menjadi isu dunia.
 
"Berkahnya jamaah di NU, ketika terjadi konflik, Muslimat menginstruksikan sampai tingkat bawah, seperti stunting ini, kita istigasah (berdoa bersama), berdiskusi, dan membantu program-program pemerintah agar terus terkawal sampai akar rumput," ujar dia.
 
Ia mengatakan seperti yang sudah ditekankan dalam hadits, jika berpergian bersama maka akan kokoh, sebaliknya apabila berpergian sendirian, seperti domba yang akan tersesat," imbuhnya.

Baca juga: Khofifah ajak Muslimat NU berperan aktif turunkan angka stunting

Baca juga: Arumi Bachsin: Cegah stunting dengan edukasi gizi sejak remaja

 
Menurut Masfufah, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan angka stunting ini.
 
"Perempuan itu penopang keluarga, untuk itu ibu-ibu Muslimat ini terus mengasah diri, karena kemandirian akan membuat kita kuat, tidak mudah rapuh dan putus asa, tidak mudah gelisah, dan terus berusaha menjadikan hidup bermanfaat bagi sesama," pesannya.
 
Salah satu perwakilan delegasi asal Myanmar, Zhaw Min Than, mengajukan pertanyaan kepada Muslimat NU tentang bagaimana organisasi ini bisa terus memperjuangkan visinya, mengingat di Myanmar, Muslim sebagai minoritas tidak memiliki wadah untuk berdiskusi.
 
"Di Myanmar, Muslim utamanya tidak mempunyai grup, mereka kesulitan mendapatkan pendidikan, bahkan seringkali bergantung kepada orang tua dan suaminya, lalu bagaimana mengatasi tantangan di tengah masyarakat yang patriarki, jika perempuan tidak mendapatkan izin berorganisasi dari suaminya?" kata Zhaw.
 
Masfufah menjawab, bahwa Muslimat NU di Indonesia tidak semerta-merta mendapatkan izin ikut berorganisasi dari suami.
 
"Ketika para istri menjadi anggota Muslimat, maka akan diberikan pencerahan, jika aktif di organisasi, jangan sampai melupakan kodratnya sebagai perempuan. Muslimat menekankan bahwa peran kodrati sebagai istri dan ibu ini harus tetap dilaksanakan," tuturnya.
 
Dengan begitu, sambung dia, suami akan secara aktif mendorong istrinya untuk terus aktif berorganisasi dan memberikan peran kepada masyarakat melalui Muslimat NU.
 
"Sudah ada haditsnya, ketika perempuan melakukan suatu dosa, tetapi saat ia pulang, kemudian membawa oleh-oleh untuk anaknya dan disambut dengan gembira, maka gembira inilah yang menjadi penghapus dari dosa-dosa yang dilakukan itu," ucap dia.
 
Pelatihan kerja sama Selatan-Selatan dipusatkan di Surabaya atas kolaborasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), dan United Nation Population Fund (UNFPA) atas keberhasilan kota ini dalam mengajak tokoh agama dalam penerapan program Keluarga Berencana (KB) dan penurunan stunting.
 
Para delegasi terdiri dari 14 orang yang berasal dari Negara Nepal, Myanmar, Ethiopia, Burundi, dan Malaysia. Selama tujuh hari penuh mulai dari Senin (24/7) hingga Jumat (28/7), mereka saling berbagi pengalaman dan praktik-praktik baik tentang kesehatan reproduksi, pencegahan perkawinan anak, KB, dan pencegahan stunting.

Baca juga: Cegah "stunting", kader Muslimat NU diberikan pendidikan

Baca juga: Belajar dari Surabaya sukses turunkan prevalensi stunting


 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023