Tradisi bakar lahan untuk tanam padi ini diyakini warga akan menyuburkan tanah, namun kami minta mereka untuk tetap berhati-hati agar tidak menimbulkan kebakaran secara luas
Mentok, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggiatkan sosialisasi ke desa-desa untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Saat ini sudah memasuki musim kemarau dengan perkiraan terjadi puncak kering di bulan Agustus-September 2023, pada musim seperti ini potensi kebakaran semakin meningkat dan perlu dilakukan pencegahan dini oleh seluruh pihak bersama masyarakat," kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Bangka Barat Zulkarnain di Mentok Jumat.

Guna mencegah hal tersebut, pihaknya bersama para petugas BPBD, Basarnas, TNI-Polri terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga di desa-desa, bahkan hingga pelosok.

Gerakan sosialisasi dan edukasi dilaksanakan bersama seluruh pemangku kepentingan ini diharapkan upaya pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan bisa semakin masif.

Baca juga: BMKG deteksi 50 titik panas di Kaltim

"Kami juga telah membentuk tim relawan kebakaran di 20 desa, mereka ini juga kami optimalkan perannya untuk melakukan pendekatan kepada warga agar tidak melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan kebakaran," katanya.

Menurut dia, pada saat musim kemarau lahan yang banyak ditumbuhi semak belukar akan sangat mudah terbakar dan merembet ke lahan yang ada di sekitar.

Cuaca seperti itu harus disikapi dengan bijaksana oleh seluruh warga agar bisa bersama-sama melakukan pencegahan untuk mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan.

Pada bulan berikutnya, secara turun temurun sebagian warga akan melakukan aktivitas persiapan penanaman padi ladang yang biasanya akan menyiapkan lahan dengan cara dibakar.

"Tradisi bakar lahan untuk tanam padi ini diyakini warga akan menyuburkan tanah, namun kami minta mereka untuk tetap berhati-hati agar tidak menimbulkan kebakaran secara luas," katanya.

Baca juga: Pemkab Mojokerto gelar apel siaga pengendalian karhutla

Ia menjelaskan, warga masih bisa melakukan pembakaran lahan untuk pertanian tanam padi, namun sebelumnya wajib melaporkan kepada pihak pemerintah desa atau kepala desa. Setelah itu, warga secara berkelompok bergotong royong melakukan pembersihan lahan untuk membuat sekat dan tebang pinggir agar api tidak merambat ke lahan samping.

"Jika untuk tanam padi saya perkirakan satu hektare sudah cukup dan pada saat pembakaran kami minta untuk ditunggu untuk menjaga api agar tidak membesar dan tidak merambat," katanya.

Selain itu, pihaknya juga meminta warga melakukan aktivitas ini secara terjadwal dan bergantian dengan jeda minimal sehari untuk masing-masing lahan yang akan disiapkan untuk tanam padi.

"Tradisi yang sudah berlangsung sejak nenek moyang ini sudah semakin berkurang karena sekarang sudah banyak yang menggunakan alat berat yang dinilai lebih ekonomis dan cepat, meskipun masih ada beberapa kelompok warga yang bertahan dengan tradisi ini karena faktor ekonomi," katanya.

Baca juga: 8 hektare lahan di Kampus UIN Antasari Kalsel hangus akibat karhutla

Menurut dia, bagi warga yang akan berkebun, misalnya menanam kelapa sawit dan tanaman buah akan lebih memilih menggunakan alat berat untuk membersihkan lahan karena lebih cepat dan ekonomis.

Begitu juga dengan para petani yang menggarap sawah di hamparan sawah bantuan dari pemerintah, mereka telah menggunakan berbagai alat dan mesin modern dalam pengelolaan lahan, mulai dari persiapan hingga pascapanen.

"Meskipun tradisi ini semakin berkurang, kami tetap akan meningkatkan kewaspadaan dengan memperbanyak sosialisasi hingga pelosok sebagai bentuk antisipasi dini kemungkinan terjadinya karhutla," katanya.

Selain itu, ia mengingatkan kepada seluruh warga agar tidak sembarangan bakar sampah, buang puntung rokok yang masih menyala dan aktivitas lain yang bisa menyebabkan karhutla.

Sejak Januari hingga Juni 2023, jumlah kejadian kebakaran lahan warga seluas sekitar 58 hektare dengan jumlah kejadian 72 kasus, sedangkan untuk lahan yang masuk dalam kawasan milik perusahaan pemegang izin pengelolaan hutan seluas 35 hektare dengan jumlah kejadian 38 kasus.

Baca juga: Pemerintah memodifikasi cuaca untuk membasahi kubah gambut

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023