Hadirnya UU Kesehatan menjadi momentum melakukan perubahan terutama peningkatan kualitas produk dan pelayanan.
Jakarta (ANTARA) - Pengesahan Rancangan Undang-Undang Kesehatan menjadi undang-undang merupakan angin segar bagi pelaku industri kesehatan. Kini, mereka bisa lebih leluasa melakukan inovasi di bidang strategis ini.

Inovasi di bidang kesehatan juga menjadi pintu masuk untuk mewujudkan pengembangan wisata medis yang memang sudah dirancang Pemerintah sejak lama untuk menarik devisa.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia hingga kuartal ketiga atau Oktober 2022 sudah berjumlah 3,92 juta wisman. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan 2021 yang hanya 1,56 juta wisman.

Angka itu sebagian besar masih berasal dari pengembangan pariwisata umum, namun dengan kian ditekuni wisata medis, tidak tertutup kemungkinan angka wisman yang berkunjung semakin membesar.

Banyak dari pelaku di industri kesehatan optimistis hadirnya UU Kesehatan yang baru ini akan membuat lebih leluasa berkembang sehingga mampu bersaing dengan negara-negara yang sudah terlebih dahulu mempromosikan wisata medis (medical tourism).

Salah satu bekal untuk mewujudkan wisata medis adalah dengan melakukan riset dan inovasi untuk menghadirkan produk unggulan di bidang kesehatan yang mampu berkompetisi dengan produk kesehatan dari negara lain.

Banyaknya pasien yang berobat ke negara tetangga menjadi salah satu indikasi produk kesehatan Indonesia banyak tertinggal, padahal dari segi sumber daya manusia dan bahan baku sebenarnya tidak kalah dengan negara lain.

Bahkan kenyataannya dokter-dokter di Indonesia memiliki kemampuan tidak kalah dengan luar negeri. Hadirnya UU Kesehatan ini akan memberi keleluasaan bagi dokter di Tanah Air untuk mengembangkan ilmunya.

Kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2022 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan dan Pariwisata di Sanur, Bali,  seluas 41,26 hektare, tentu harus ditindaklanjuti dengan kesiapan pelaku di industri kesehatan untuk mengisinya dengan produk dan layanan unggulan.

Presiden dalam waktu dekat akan meresmikan KEK Kesehatan dan Pariwisata di Sanur. Sepatutnya, momentum ini dijaga sehingga Indonesia bakal mampu meraih devisa di bidang kesehatan, sedangkan pasien domestik juga tidak perlu lagi jauh-jauh berobat ke luar negeri.

Sebagai tindak lanjut, Badan Pariwisata Bali (Bali Tourism Board) menggandeng Badan Akreditasi Anti-aging Dunia (World Council for Preventive, Regenerative and Anti-aging Medicine/ WOCPM) dan World Council of Stem Cell (WOCS) di lokasi yang sama menyelenggarakan Health Conference Bali 2023 pada 10-12 November.

Tema yang diusung masih menyentuh inovasi dan teknologi di bidang kedokteran yakni "Era Baru Pengobatan Regenerasi dan Sel Punca" dengan menghadirkan peserta dari berbagai negara di dunia serta melibatkan 50 narasumber sebagai pembicara

Seperti diketahui pengobatan regenerasi (regenerative medicine) memang mulai dikembangkan akhir-akhir ini diberbagai negara. Pengobatan ini bertujuan meremajakan sel yang rusak pada tubuh manusia, tentunya ke depan membuat usia hidup semakin panjang.
Panti Sanur Bali. ANTARA/ Ganet Dirgantoro

Siap bersaing
Dengan disahkan Undang-Undang Kesehatan yang baru oleh DPR RI tentunya membawa angin segar di dunia kedokteran karena kini lebih leluasa untuk mengembangkan ilmunya.

Anggota Konsil Kedokteran Indonesia, Dr. dr. Dollar, SH, MH mengatakan hadirnya Undang-Undang Kesehatan tidak hanya memberikan keleluasaan bagi dokter tetapi juga industri farmasi termasuk industri jamu tradisional di tanah air bisa berkembang pesat.

Dengan tersedianya layanan kesehatan dari hulu ke hilir, maka upaya mewujudkan Indonesia sebagai tujuan wisata kesehatan sangat dimungkinkan bahkan mampu menyumbang devisa bagi negara.

Adapun Wakil Ketua Persatuan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) Prof. dr. Deby Vinski, MSc, PhD optimistis wisata kesehatan di Indonesia dapat bertumbuh bahkan menjadi mesin untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Bisa dibayangkan kalau Provinsi Bali tidak sekadar mendatangkan turis untuk berwisata tetapi juga untuk berobat dengan menggunakan teknologi dan tenaga kesehatan dari dalam negeri, tentunya bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke depan.

Termasuk sebagian masyarakat yang selama ini berobat ke luar negeri apabila bisa dibuktikan dokter Indonesia juga mampu tentunya akan memilih pengobatan di dalam negeri daripada harus jauh-jauh ke luar negeri.

Cerita menarik disampaikan Ustazah Oki Setiana Dewi yang mengaku awalnya berencana membawa orang tuanya untuk menjalani pengobatan di luar negeri karena mengidap penyakit langka.

Namun setelah membaca referensi dari lnternet serta informasi dari rekannya-rekannya, akhirnya dia mempercayakan pengobatan kepada dokter di Indonesia.

Bahkan Oki menyatakan pengobatan di Indonesia, khususnya regenerasi sel, tidak kalah dengan luar negeri apalagi orang tuanya kini sudah sehat kembali tidak lagi terganggu dengan penyakit langka yang dialaminya.
Tangkapan layar pembangunan KEK Sanur Bali. HO-Dewan Nasional KEK RI

Kualitas ditingkatkan

Hadirnya UU Kesehatan menjadi momen bagi pelaku di industri kesehatan untuk melakukan perubahan terutama peningkatan kualitas produk dan pelayanan.

Perhelatan International Health Conference Bali 2023 seharusnya menjadi awal komitmen pelaku di bidang kesehatan untuk memperkuat pelayanan bagi semua lapisan masyarakat.

Hadirnya ahli-ahli di bidang kesehatan di Bali tidak sekadar mempromosikan pariwisata tetapi juga menjadi peluang bagi ahli di Indonesia untuk tampil sebagai pembicara di kancah internasional mengusung inovasi dan teknologi di bidang kesehatan.

Kegiatan ini juga menjadi momentum bagi kalangan industri pendukung di bidang kesehatan untuk menghadirkan produk-produk unggulan dengan kandungan lokal yang lebih banyak.

Selama ini Indonesia dikenal kaya dengan ramuan tradisional untuk memelihara kesehatan dan menyembuhkan penyakit. Dengan berbekal riset yang memadai maka kekayaan lokal ini bisa diusung untuk mendukung industri kesehatan.

Apalagi sekarang ini negara-negara Barat mulai banyak melirik pengobatan negara Timur. Tusuk jarum yang awalnya merupakan pengobatan tradisional Tiongkok, kini sudah banyak dihadirkan di rumah sakit terkemuka.

Seharusnya kekayaan yang ada di bumi Indonesia ini juga bisa dihadirkan mengingat tanaman obat di Indonesia juga sangat banyak dan tersebar sehingga mempunyai potensi untuk mendatangkan devisa ke depan.

Ketua Persatuan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) Brigjen TNI (Purn) dr. Jajang Edi Priyatno Sp.B, MARS menjelaskan program pengembangan medis di Tanah Air sudah pada jalur yang benar termasuk regulasi.

Penting di sini menyiapkan rumah sakit bertaraf internasional sebagai salah satu upaya mewujudkan wisata medis. Tujuannya untuk meyakinkan kepada pasar agar mempercayai pengobatan di Tanah Air.

Peta jalan sudah tersedia untuk mewujudkan wisata medis bahkan kalau perlu asosiasi ikut mendukung agar program yang sudah lama didengungkan pemerintah agar bisa segera terwujud.

Salah negara yang sudah mengakui pelayanan medis di Indonesia adalah Uni Emirat Arab. Bahkan negara kaya ini mengundang industri kesehatan untuk membuka cabang di negara tersebut. Tentunya tantangan itu harus segera ditindaklanjuti.




 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023