Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 75 sen lebih tinggi....
New York (ANTARA) - Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 75 sen lebih tinggi menjadi menetap di 84,99 dolar Amerika Serikat (AS) per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September bertambah 49 sen menjadi ditutup pada 80,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Kedua harga acuan turun sebanyak satu dolar AS sesaat di awal sesi, karena investor mengambil untung setelah WTI naik di atas 80 dolar AS per barel, kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

Selera risiko di pasar keuangan yang lebih luas telah dipicu oleh ekspektasi yang meningkat bahwa bank-bank sentral, seperti Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa mendekati akhir kampanye pengetatan kebijakan, meningkatkan prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.

Didukung oleh pemotongan pasokan dari aliansi OPEC+ yang diumumkan awal bulan ini, kedua harga acuan minyak naik hampir 5,0 persen untuk minggu ini - kenaikan kelima minggu berturut-turut. Harga acuan berada di jalur untuk naik lebih dari 13 persen bulan ini.

Ekspektasi permintaan bullish didorong pada Kamis (27/7), setelah produk domestik bruto kuartal kedua AS tumbuh pada 2,4 persen, mengalahkan perkiraan, mendukung pandangan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa ekonomi dapat mencapai apa yang disebut "soft landing."

Investor menyambut gagasan puncak suku bunga yang semakin dekat, sementara tampaknya semakin besar kemungkinan bahwa AS akan terhindar dari resesi, kata analis PVM Tamas Varga.

Data baru yang dirilis pada Jumat (28/7), menunjukkan beberapa ekonomi teratas zona euro menunjukkan ketahanan yang tidak terduga pada kuartal kedua, bahkan ketika sejumlah indikator menunjukkan kelemahan baru di masa depan, karena kelemahan manufaktur dan jasa-jasa melambat.

Sementara itu, para pembuat kebijakan di China telah berjanji untuk meningkatkan langkah-langkah stimulus untuk memperkuat pemulihan pasca-COVID setelah ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh dengan kecepatan yang lemah pada kuartal kedua.

Dalam sebuah wawancara pada Jumat (28/7), Kepala Exxon Mobil Darren Woods memperkirakan rekor permintaan minyak tahun ini dan tahun depan.

Pada sisi pasokan, rig minyak AS turun satu menjadi 529 minggu ini, terendah sejak Maret 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes pada Jumat (28/7). Data tersebut merupakan indikasi pasokan di masa depan.

Bukti pengetatan meningkat, mengingat persediaan AS yang menurun dan pemotongan sukarela Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari, kata analis Commerzbank, menyoroti bulan ini dapat melihat produksi minyak OPEC jatuh ke level terendah sejak musim gugur 2021.

Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela untuk satu bulan lagi termasuk September, kata lima analis, untuk memberikan dukungan tambahan bagi pasar minyak.
Baca juga: Minyak turun di Asia, tapi di jalur kenaikan mingguan kelima beruntun
Baca juga: Minyak turun di awal perdagangan Asia tertekan kekhawatiran permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023