Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa tidak akan ada ujian akhir nasional (UAN) ulangan terhadap para siswa yang telah dinyatakan tidak lulus pada UAN beberapa waktu lalu. "Apabila kita bikin ujian ulangan itu tidak adil bagi yang telah dinyatakan lulus," kata Wapres Jusuf Kalla kepada pers di Jakarta, Jumat ketika ditanyakan mengenai desakan sebagian anggota masyarakat agar dilakukannya UAN ulangan bagi siswa yang tidak lulus. Menurut Wapres, orang tidak akan maju jika tidak berusaha keras dan UAN merupakan salah satu cara untuk mendorong siwa agar mau berusaha dan bekerja keras. Di sekolah manapun, tambah Wapres, pasti akan ada ujian akhir dan dalam setiap ujian pasti ada yang lulus dan ada yang gagal. Saat ini, Wapres mengatakan, nilai minimanl kelulusan bagi UAN secara nasional ditetapkan sebasar 4,5. Padahal di negara-negara lain seperti Malaysia telah menetapkan minimal kelulusan 6 dan bahkan Singapura menetapkan angka 8 untuk menimal kelulusan siswanya. "Nah bagaimana bangsa ini mau maju kalau 4,5 saja minta diturunkan. Bangsa ini (sepertinya) bangsa yang tidak mau belajar," kata Wapres dengan nada tinggi. Ketika ditanyakan adanya beberapa siswa yang lulus ujian saringan ke universitas, tetapi ternyata dinyatakan tidak lulus dalam UAN, Wapres menegaskan hal itu hanya merupakan salah satu kasus saja. "Itu `kan` salah satu kasus saja. Janganlah salah satu kasus saja terus digunakan secara nasional. Itu tidak bisa," kata Wapres. Sebelumnya, beberapa orang mendesak pemerintah agar bersedia melakukan UAN ulangan bagi para siswa yang tidak lulus. Menurut mereka, ujian ulangan merupakan solusi yang terbaik, karena bagaimanapun juga kelulusan siswa tidak boleh hanya ditentukan dari satu ujian itu atau hanya karena satu mata pelajaran saja. Sementara solusi yang diambil Depdiknas yakni siswa yang gagal UAN dapat mengikuti Kelompok Belajar (Kejar) Paket C, mereka nilai, sangat tidak tepat karena program belajar itu dari dulu memang tidak ditujukan untuk siswa yang gagal ujian akhir. (*)

Copyright © ANTARA 2006