Unila sebagai institusi perguruan tinggi tetap patut diperhitungkan
Bandarlampung (ANTARA) - Tim Riset Unila Robotika dan Otomasi (URO) Universitas Lampung (Unila) meraih peringkat dua dalam ajang kompetisi kelas dunia International Federation of Automatic Control World Drone Competition 2023 (IFAC WDC 2023), di Jepang.

"Ini kompetisi bebas tanpa kategori. Jadi kami berlomba, bertanding melawan tim-tim yang memang sudah mapan dari sisi industri dan manufakturnya. Jadi wahana yang kami buat dan dilombakan, bersaing dengan wahana buatan pabrikan,” kata Tim Humas Unila Ardian dalam keterangan yang diterima, Senin.

Ia mengatakan bahwa Tim Uro Unila bersanding dengan Jepang yang mendapatkan juara pertama dan Malaysia yang dapatkan juara ketiga dari 13 tim dari berbagai negara yang ikut dalam kejuaraan ini.

IFAC WDC 2023 merupakan kompetisi terbuka yang mempertandingkan sistem UAV tercanggih di dunia, sistem propulsi, sistem kontrol, sistem komunikasi, sistem stasiun kontrol darat, dan teknologi terintegrasi, serta teknologi canggih untuk kasus penggunaan tanggap bencana dan transportasi barang darurat.

Kompetisi ini merupakan bagian dari perhelatan IFAC World Congress 2023 di Yokohama, Jepang, yang secara khusus disponsori IFAC WC 2023 dan Advanced Robotic Foundation (ARF).

Baca juga: ARIA Turunkan 2 Jenis Drone Bantu Evakuasi Gempa Cianjur
Baca juga: Petrokimia kenalkan teknologi drone untuk pengaplikasian pupuk granula


Kompetisi mengusung tema “Long-Distance Flights by Unmanned Aerial Vehicle for Disaster Response and Logistics” di mana ada dua misi yang harus diselesaikan tiap tim.

"Dua misi tersebut yaitu misi pemantauan secara cepat saat bencana terjadi yang dilanjutkan dengan mapping dan monitoring area pengungsian, serta misi kedua melakukan dropping obat-obatan di area pengungsian," kata dia.

Menurutnya meskipun sudah memiliki pengalaman dalam kompetisi sejenis di tingkat nasional. Kompetisi level internasional ternyata memiliki tantangan berbeda. Selain harus berhadapan dengan banyak industri drone yang kuat secara teknologi dan spesifikasi lebih canggih, medan arena penerbangan juga menjadi tantangan tersendiri bagi Tim URO Unila.

"Selama menyelesaikan misi-misinya, Tim URO Unila masih belum familiar dengan medan arenanya. Sepanjang 16 km itu pun pertama kalinya wahana drone mereka pun harus melintasi lautan pulang-pergi, di mana faktor alam menjadi tantangan terbesar bagi laju terbangnya wahana," kata dia.

Namun begitu, lanjut dia, berbekal keyakinan dan mental kuat, Tim URO unila optimistis meraih hasil terbaik dalam kompetisi ini. Terlebih pada tingkat nasional, Tim URO Unila menjadi salah satu perguruan tinggi unggulan dalam pengembangan teknologi drone ukuran small medium yang diperuntukkan untuk bencana.

“Ini adalah lingkungan yang benar-benar pertama bagi kami dan menjadi pengalaman berharga karena di URO, kami berhasil membuat drone yang dapat terbang untuk melintasi laut. Drone ini akan kami gunakan untuk pemantauan bencana di Gunung Anak Krakatau,” ungkapnya.

Baca juga: PMI Jakarta Pusat siapkan drone disinfektan untuk pemukimanan padat
Baca juga: Pabrik drone pertama Indonesia diresmikan


Kesiapan dan kegigihan Tim URO Unila telah sangat kuat sejak mereka memutuskan untuk mengikuti ajang bergengsi ini. Bahkan telah melewati empat tahapan seleksi sejak November 2022, yang dibuktikan keberhasilan wahana drone melakukan take off tanpa percobaan.

“Kami merasa bersyukur karena yakin dengan apa yang telah dilakukan dan persiapkan. Melalui riset dan pengembangan teknologi drone yang telah kami lakukan selama ini, ditambah pengalaman panjang, membuat kami berangkat ke Jepang dengan harapan tinggi untuk menjadi juara," kata dia.

Pengembangan riset URO Unila terkait penggunaan robotika dan otomasi telah berlangsung sangat lama. Teknologi drone untuk kebencanaan dan pertanian presisi, khususnya di Lampung, menjadi salah satu arah fokus utama pengembangan dan penelitian URO Unila, yang dilakukan bersamaan dengan penelitian lainnya.

URO Unila sudah melakukan hilirisasi dengan menjual produk drone dan juga menyediakan jasa fungsionalnya. Proses hilirisasi ini dilakukan melalui kerja sama dengan startup yang didirikan para alumni FT Unila.

"Selain itu, URO Unila memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan para investor, karena mereka telah memiliki Dokumen Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) level 8-9. Hal ini menandakan produk mereka sudah siap untuk diindustrialisasi," kata dia.

Menurutnya, Unila adalah perguruan tinggi yang besar di mana teknologi sudah dapat dikuasai. Dengan dukungan yang diberikan pihak kampus, tentu hasilnya akan lebih maksimal dan pencapaian ini dapat berpengaruh pada pencapaian IKU Unila.

"Prestasi ini merupakan milestone pertama bagi URO Unila di kancah internasional, sekaligus sebagai pembuktian bahwa meskipun sempat menghadapi masalah pelik, Unila sebagai institusi perguruan tinggi tetap patut diperhitungkan atas prestasi dan capaiannya," kata dia.

Baca juga: DJI Mavic 3 mulai dipasarkan untuk penggemar drone di Indonesia
Baca juga: Ini tampilan drone yang dipakai untuk Countdown Asian Games 2018
Baca juga: Lapan kembangkan "drone" awasi perairan Indonesia

 

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023