Jakarta (ANTARA) — Sebagai upaya mendukung sektor perikanan berskala kecil melalui akses rantai dingin, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) bekerja sama dengan Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) serta kolaborasi sektor swasta dan investor lokal, membangun fasilitas pembuat es balok bertenaga surya (solar ice maker) berlokasi di Sulamu, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

“Dengan adanya solar ice maker yang kita bangun dengan memanfaatkan tenaga surya, kita bisa membuat ice blocks yang bisa mengawetkan produksi ikan hasil tangkapan nelayan dan berdampak positif meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah Sulamu”, tutur Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Andriah Feby Misna dalam dalam kegiatan Diseminasi Hasil Asesmen Dampak Sosial dan Ekonomi Fasilitas Solar Ice Maker Sulamu, di Jakarta, Senin.

Solar ice maker di Sulamu dapat menghasilkan es balok hingga 1 ton per hari. Teknologi ini juga menggunakan pendingin natural R290, membuatnya seratus persen bebas emisi karbon.

Sebelum adanya fasilitas ini, demi menjaga kualitas hasil tangkapan harian, nelayan lokal di Sulamu harus mengambil pasokan es balok dari Kupang dengan menempuh perjalanan laut setidaknya selama setengah jam. Menurut data Badan Pusat Statistik NTT, potensi produksi ikan Sulamu di atas 1.000 ton, dimana lebih dari setengahnya mengalami penurunan kualitas ataupun terbuang akibat penyimpanan yang buruk.

Kehadiran solar ice maker juga menjadi sumber pasokan es balok berkualitas, dengan tingkat ketahanan yang lebih tinggi dibanding es plastik produksi rumahan yang selama ini menjadi salah satu opsi pendingin utama bagi nelayan di Sulamu. 

Lokasi fasilitas solar ice maker yang relatif mudah dijangkau dibanding lokasi pabrik es balok di Kupang juga memungkinkan nelayan untuk menghemat biaya operasional. Penghematan ini secara langsung turut berdampak baik bagi penurunan penggunaan bahan bakar kapal yang bersumber dari energi fosil.

Solar ice maker di Sulamu telah resmi beroperasi sejak Mei 2022 dan sebagai tindak lanjut, kajian dampak sosial ekonomi dilakukan untuk melihat peran dan kontribusi fasilitas solar ice maker bagi nelayan setempat. 

Selain dampak langsung yang dirasakan oleh nelayan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari, kehadiran fasilitas solar ice maker ternyata juga membuka peluang usaha baru.

“Dengan pengurangan biaya pengeluaran untuk pengadaan es maka menjadi modal tambahan untuk saya melakukan bisnis lainnya dengan menjual rumput laut, dan menjual ikan secara eceran,“ tutur Arman Langanpa, yang berprofesi sebagai nelayan dan penjual ikan, sebagaimana dikutip dari laporan asesmen.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023