Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 81,60 dolar AS per barel, turun 0,2 persen atau 20 sen
Singapura (ANTARA) - Harga minyak di perdagangan Asia, Selasa sore, masih mendekati posisi tertinggi tiga bulan yang dicapai sebelumnya di tengah tanda-tanda pengetatan pasokan global, karena produsen menerapkan pengurangan produksi dan permintaan kuat di Amerika Serikat, konsumen bahan bakar terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk Oktober berada di 85,24 dolar AS per barel pada pukul 07.10 GMT, turun 19 sen atau 0,2 persen dari penutupan sesi sebelumnya. Brent bulan depan menetap di level tertinggi sejak 13 April pada Senin (31/7/2023).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 81,60 dolar AS per barel, turun 0,2 persen atau 20 sen dari penyelesaian sesi sebelumnya, yang tertinggi sejak 14 April.

"Harga minyak mungkin menghadapi risiko koreksi karena pasar mungkin telah overbought pada bulan lalu. Namun, pelemahan dolar AS dan optimisme kebijakan China dapat terus memberikan faktor bullish untuk minyak mentah berjangka," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets, karena greenback yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

"Tanda-tanda soft-landing ekonomi AS juga telah meningkatkan prospek permintaan minyak," tambah Teng.

Baca juga: Minyak di dekat tertinggi 3-bulan di awal Asia karena pasokan ketat

Baca juga: Minyak sentuh tertinggi baru tiga bulan karena pengetatan pasokan


Pihak berwenang China merilis pedoman kebijakan tambahan pada Senin (31/7/2023) - meskipun tanpa tindakan nyata - untuk meningkatkan ekonomi dan konsumsi domestiknya, setelah aktivitas manufaktur turun untuk bulan keempat pada Juli.

Sebuah survei sektor swasta juga menunjukkan pada Selasa bahwa aktivitas pabrik China mengalami kontraksi pada Juli, dengan pasokan, permintaan dan pesanan ekspor semuanya memburuk di tengah kondisi pasar yang lesu.

Perhatian beralih ke pertemuan komite pemantauan menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Jumat ini (4/8/2023) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, yang diharapkan para analis akan memberikan warna pada prospek pasar.

Pada Juni, OPEC+ menyetujui kesepakatan luas untuk membatasi pasokan minyak hingga tahun 2024, dan Arab Saudi menjanjikan pemotongan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari untuk Juli. Pada 3 Juli, Arab Saudi mengatakan pemotongan itu akan mencakup Agustus, menambahkan bahwa itu dapat diperpanjang lebih lanjut.

Analis National Australia Bank mengatakan mereka memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan pasokan sukarela 1 juta barel per hari hingga September.

"Harga minyak berada di jalur untuk mencapai harga tertinggi 2023 menurut pandangan kami," kata analis NAB dalam sebuah catatan.

Pemotongan Arab Saudi turun sedikit dari target, dengan produksi turun 860.000 barel per hari pada Juli, sementara total produksi dari OPEC merosot 840.000 barel per hari, sebuah survei Reuters menunjukkan pada Senin (31/7/2023).

Data yang menunjukkan pengurangan pasokan bertepatan dengan angka AS yang dirilis pada Senin (31/7/2023) menunjukkan permintaan bahan bakar naik menjadi 20,78 juta barel per hari pada Mei, tertinggi sejak Agustus 2019.

Data dari Badan Informasi Energi AS juga menunjukkan permintaan bensin, dinyatakan sebagai produk yang dipasok ke pasar, melonjak menjadi 9,11 juta barel per hari, tertinggi sejak Juni 2022.

Stok minyak mentah dan bensin AS diperkirakan turun minggu lalu, menurut jajak pendapat Reuters yang memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 900.000 barel dalam seminggu hingga 28 Juli.

Baca juga: Minyak turun di Asia, tapi di berada jalur kenaikan bulanan terbesar

Baca juga: Minyak turun di awal Asia, tapi siap untuk kenaikan bulanan terbesar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023