Selain itu penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi tantangan dan solusi potensial untuk meningkatkan ketaatan pengobatan dan memperbaiki hasil bagi pasien TB-SO
Depok (ANTARA) - Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)  Erlina Burhan mengkaji revolusi pengobatan Tuberkulosis (TBC) dalam jangka pendek yaitu dari enam bulan menjadi dua bulan.

"Melihat perlunya menemukan paduan Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) alternatif berdurasi lebih singkat dengan tetap mempertahankan efektivitasnya," kata Erlina Burhan di Kampus UI, Depok, Rabu.

Erlina bersama tim melakukan penelitian uji klinis bernama Two-Month Regimens Using Novel Combinations to Augment Treatment Effectiveness for Drug-Sensitive Tuberculosis (TRUNCATE-TB).

Dalam presentasinya, Erlina menyebut strategi pengobatan TRUNCATE-TB dengan menggunakan paduan OAT yang diperkuat selama dua bulan menunjukkan non-inferioritas dibandingkan dengan paduan pengobatan standar.

Artinya, kata dia, pemberian obat kepada pasien yang semula enam bulan dapat dipersingkat menjadi dua bulan. Temuan ini membuka jalan baru untuk pengobatan TB-SO, terutama dengan penerapan penelitian operasional yang memberikan kesempatan untuk menghubungkan hasil uji klinis dan implementasi berbentuk program di dunia nyata.

Baca juga: FKUI paparkan TRUNCATE-TB sebagai strategi pengobatan TB lebih singkat

Ia mengatakan rendahnya angka inisiasi pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) merupakan salah satu kendala utama dalam pengendalian TBC RO.

“Evaluasi ini dapat memberikan wawasan berharga mengenai efektivitas, penerimaan, dan keamanan dari strategi pengobatan ini, sebagai langkah pembentukan program pemerintah yang diterima secara nasional. Selain itu penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi tantangan dan solusi potensial untuk meningkatkan ketaatan pengobatan dan memperbaiki hasil bagi pasien TB-SO,” ujar Erlina.

Menurutnya, hal itu merupakan prioritas mengingat tingginya peningkatan kasus TBC RO yang mengancam kemajuan global dan nasional dalam eliminasi TBC tahun 2030.

TBC RO atau TBC Kebal Obat adalah keadaan seseorang terinfeksi jenis kuman/bakteri TBC yang sama, namun sudah kebal terhadap obat TBC lini pertama. TBC RO tidak bisa diobati dengan obat TBC biasa, tetapi harus dengan kombinasi obat atau OAT lini kedua.

Kasus TBC RO terjadi karena pasien tidak teratur meminum OAT sesuai dengan panduan petugas kesehatan, pasien menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter, atau pasien mengalami gangguan penyerapan obat.

Baca juga: Kemenkes: Indonesia nomor dua terbesar kasus TBC di dunia
Baca juga: Presiden Jokowi perintahkan Menkes segera deteksi penderita TBC

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023