pangan lokal asli Indonesia memiliki nilai gizi tinggi
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus melakukan penelitian dan inovasi untuk diversifikasi pangan pokok yang dieksplorasi dari sumber daya genetik tanaman lokal.
 
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN Puji Lestari di Jakarta, Kamis, mengatakan sumber daya genetik tanaman lokal dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan tertentu.
 
"Pangan lokal asli Indonesia memiliki nilai gizi tinggi dan sangat cocok untuk preferensi diet lokal. Tak heran, jika sumber daya genetik tanaman lokal dapat berkontribusi meningkatkan ketahanan dan stabilitas pertanian," ujarnya.
 
Di Indonesia, ketergantungan masyarakat terhadap beras masih sangat tinggi. Padahal ada beberapa tanaman lokal dari jenis serealia, ubi-ubian, dan tanaman perkebunan, seperti sagu dan sukun dapat menjadi alternatif sumber pangan pokok pengganti beras.
 
Tanaman pangan alternatif tersebut punya indeks glikemik rendah, sehingga perlu dieksplorasi lebih lanjut dari segi potensi produksi dan teknologi proses sebagai bahan diversifikasi pangan pokok.

Baca juga: Pakar UGM: Pengembangan genetik baru dukung produksi pangan nasional
Baca juga: Gerakan penganekaragaman pangan kurangi ketergantungan pada beras
 
Puji menuturkan sumber daya genetik lokal memiliki kaitan erat dengan pengetahuan tradisional dan praktik budaya masyarakat.
 
BRIN melakukan riset teknologi metabolomik dan pendekatan omik yang dapat memberikan informasi tentang kandungan gizi, senyawa bioaktif, keamanan, dan kualitas sumber makanan.
 
Riset itu bisa memandu upaya untuk mempromosikan konsumsi beragam makanan yang mengarah kepada perbaikan gizi, kesehatan, dan keberlanjutan.
 
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP) BRIN Yudhistira Nugraha mengatakan beberapa riset terkini yang dilakukan untuk pemanfaatan potensi sumber daya genetik lokal untuk diversifikasi makanan pokok adalah sorgum, ubi kayu, jagung komposit lokal, hanjeli, sagu, sukun, dan lainnya.
 
Selain itu, potensi kacang-kacangan lokal seperti kacang tunggak, kacang koro pedang, maupun kacang merah sebagai sumber protein dan substitusi kedelai.
 
BRIN telah melakukan riset kolaborasi dengan Universitas Osaka dari Jepang dan beberapa perguruan tinggi Indonesia mengenai diversifikasi pangan pokok.
 
Kolaborasi itu juga termasuk kerja sama penelitian Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps) yang telah menjadi program riset BRIN.

Baca juga: Pakar sebut beras analog bisa untuk diversifikasi pangan Indonesia
Baca juga: BRIN dorong diversifikasi pangan dari ubi kayu kurangi konsumsi beras
Baca juga: Peneliti BRIN dorong warga diversifikasi pangan berbahan ubi kayu

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023