Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Kelompok bersenjata di Pakistan pada Senin membakar lima truk pembawa peralatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Afghanistan saat tentara asing itu mengurangi pasukan tempurnya di sana, kata pejabat.

Empat orang bersenjata bertopeng di dua sepeda motor menembaki kendaraan itu, memaksa mereka berhenti dan kemudian menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya di provinsi Baluchistan, Pakistan barat daya.

"Lima truk NATO membawa peralatan NATO. Kelompok bersenjata pertama menembaki kendaraan pertama dan kemudian menyiramkan bensin ke semua," kata Iftikhar Bugti, pejabat tinggi pemerintah kepada AFP lewat telepon.

Peristiwa itu terjadi di kabupaten Bolan, sekitar 120 kilometer tenggara Quetta, ibu kota provinsi tersebut.

"Semua lima truk hampir mutlak hancur," kata Bugti. Satu sopir luka ringan dalam serangan itu, tambahnya.

Syed Waheed Shah, pejabat lain pemerintah di Bolan, memastikan serangan tersebut.

Pejabat tentara pada Minggu menyatakan biaya memindahkan peralatan dan kendaraan tentara dari Afghanistan, tempat NATO mengakhiri tugas tempurnya pada akhir tahun depan, adalah 5-6 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 50-60 triliun rupiah).

Brigadir Jenderal Steven Shapiro menggambarkannya sebagai "salah satu pengangkutan ketentaraan paling menantang dalam sejarah dalam hal besaran dan kerumitan".

Sebagian besar peralatan akan diterbangkan keluar dari negara tak berpantai Afghanistan atau dibawa melalui darat ke pelabuhan Pakistan, Karachi, meskipun jalurnya berbahaya.

Pakistan pada Juli 2012 menghentikan sementara lalu lintas persekutuan pertahanan Atantik utara NATO setelah kelompok bersenjata menyerang truk NATO, menewaskan sopir, di kota perbatasan baratlaut, Jamrud.

Islamabad juga memberlakukan penutupan tujuh bulan pada lalu lintas darat NATO setelah serangan udara Amerika Serikat menewaskan 24 tentara Pakistan pada November 2011.

Serangan rahasia secara terbuka dikecam pemerintah Pakistan sebagai pelanggaran kedaulatan, tapi pejabat Amerika Serikat percaya bahwa serangan pesawat tak berawak adalah senjata penting dalam perang melawan gerilyawan.

Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tengah Maret mengatakan serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat melanggar kedaulatan Pakistan.

Pelapor khusus kontra-terorisme dan hak asasi manusia badan dunia itu, Ben Emmerson, mengunjungi Islamabad sebagai bagian dari penyelidikan korban di kalangan warga akibat serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat.

Menurut Biro Jurnalisme Investigatif Inggris, serangan pesawat tak berawak badan sandi Amerika Serikat CIA di Pakistan telah menewaskan 3.577 orang sejak 2004. (B002/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013