Jakarta (ANTARA) - PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra), penyedia solusi berbasis rekayasa teknik di Indonesia berkomitmen mendukung pemerintah dalam upaya mendorong pembangunan industri serta percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral nasional.

Hal tersebut sejalan dengan capaian target net zero emission (NZE) 2060 yang merupakan sebagian dari transformasi yang diperlukan dalam upaya menjadi negara maju pada 2045.

President Director & CEO Tripatra Raymond Naldi Rasfuldi mengatakan engineering atau rekayasa merupakan kekuatan utama di balik inovasi dan perkembangan teknologi.

"Rekayasa yang menggabungkan keilmiahan dengan kreativitas dalam menciptakan solusi baru untuk berbagai tantangan dan mengembangkan teknologi yang meningkatkan kualitas hidup manusia, termasuk menghadirkan solusi untuk pengembangan teknologi EBT (energi baru terbarukan)," kata Raymond saat media forum bertajuk "Membangun Masa Depan melalui Solusi Kerekayasaan yang Inovatif dan Berkelanjutan" di Jakarta, Kamis.

Oleh karena itu, kata Raymond, industri jasa rekayasa akan dapat berkontribusi besar dalam kemajuan setiap peradaban bangsa.

"Terlebih lagi, di era transisi energi dan hilirisasi mineral, tentunya industri di bidang jasa Rekayasa menjadi garda terdepan dalam upaya pencapaian tujuan nasional berkelanjutan," tuturnya.

Dalam upaya untuk mendorong pembangunan industri serta percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral nasional, Tripatra dengan mayoritas engineer berasal dari dalam negeri, turut berkontribusi dalam meningkatkan nilai TKDN melalui pengembangan dan penghasilan ribuan engineer yang berkompeten dalam bidang rekayasa.

Tripatra menganggap sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan bisnis rekayasa.

"Tripatra telah memiliki 50 tahun pengalaman dengan kemampuan teknik dan teknologi yang kompeten dari rekayasa multidisiplin terlengkap dengan menghadirkan beraneka ragam layanan terbaik untuk ratusan proyek besar termasuk proyek strategis nasional yang telah dikerjakan di sektor infrastruktur energi, minyak dan gas, petrokimia, logam serta energi baru dan terbarukan di Indonesia maupun mancanegara," ucap Raymond.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (Gapenri) Dhira Nandana mengatakan sektor industri jasa rekayasa memiliki peran penting dalam pertumbuhan Indonesia serta mampu menjadi lokomotif pembangunan dan pertumbuhan ragam sektor dan industri nasional di Indonesia, termasuk sektor energi serta penggerak peningkatan penggunaan barang dan jasa dalam negeri (P3DN).

"Maka dari itu, pentingnya kolaborasi berbagai pihak agar bidang rekayasa Indonesia semakin berkembang dan dioptimalkan untuk mendukung pembangunan nasional," kata Dhira.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bambang Goeritno menjelaskan dalam menghadapi pesatnya pembangunan nasional di berbagai sektor, terutama pada pengembangan sektor transisi energi EBT, tentunya tidak terlepas dari peran penting para insinyur atau engineer pada seluruh proses dari perencanaan dan desain hingga integrasi dan koordinasi.

"Oleh karena itu, semakin dibutuhkan engineer yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk memberikan solusi rekayasa inovatif yang dibutuhkan industri. Selain itu, penting juga bagi industri untuk mengoptimalkan engineer yang berkompeten dari dalam negeri sebagai upaya untuk terus meningkatkan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam berbagai proyek pembangunan di Indonesia," ujar Bambang.
Baca juga: Optimalkan strategi digital, Tripatra gandeng SAP
Baca juga: Guru Besar Belgia ajak Itera lahirkan "mechanical engineer" andal
Baca juga: IDNOG tingkatkan keahlian engineer jaringan Indonesia lewat lokakarya

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023