Manila (ANTARA) - Inflasi dalam basis tahunan (yoy) di Filipina melambat selama enam bulan berturut-turut menjadi 4,7 persen pada Juli.

Otoritas Statistik Filipina (PSA), Jumat (4/8), mencatat angka tersebut menjadi tingkat terendah swjak Maret 2022.

Kepala PSA Dennis Mapa mengatakan faktor utama yang menurunkan inflasi pada Juli adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya, yakni sebesar 4,5 persen dari 5,6 persen pada Juni.

Selain itu, faktor kelompok makanan dan minuman yang tidak beralkohol menjadi 6,3 persen dari 6,7 persen; serta transportasi melambat menjadi -4,7 persen dari -3,1 persen pada bulan sebelumnya.

Inflasi pada Juli membuat tingkat inflasi rata-rata dalam tujuh bulan pertama berada di angka 6,8 persen atau lebih tinggi daripada target inflasi rata-rata 5 hingga 6 persen untuk 2023.

Inflasi inti, tidak termasuk makanan dan energi tertentu dalam inflasi utama, melambat menjadi 6,7 persen pada Juli.

"Kami mencatatkan penurunan tingkat inflasi sejak Januari, meski harga beberapa barang, seperti beras dan sayuran, melonjak," kata Mapa.

Sekretaris Otoritas Ekonomi dan Pembangunan Nasional Filipina Arsenio Balisacan mengatakan pihaknya terus waspada terhadap penurunan inflasi tersebut.

"Kendati terus mencatatkan tren penurunan inflasi, kami perlu waspada, terutama karena kami menghadapi gangguan cuaca yang semakin fluktuatif serta hambatan eksternal seperti harga minyak dan pembatasan perdagangan pangan," kata Arsenio.

Pemerintah Filipina mengambil langkah-langkah untuk mengerahkan sumber dayanya ke daerah-daerah terdampak serta menyiapkan kebijakan dan respons terkait saat negara tersebut memprediksi lebih banyak topan dan gangguan cuaca dari El Nino, ujar Balisacan.

Bank Pembangunan Asia yang berbasis di Manila memperkirakan inflasi di Filipina akan mencapai rata-rata 6,2 persen pada 2023 sebelum turun menjadi 4 persen pada 2024.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023