Pasar utama Yogyakarta adalah wisatawan dari ASEAN"
Yogyakarta (ANTARA News) - Yogyakarta yang mengandalkan wisata budaya memiliki pasar baru yang potensial untuk digarap, yaitu wisata pelajar dari mancanegara khususnya Malaysia dan Singapura.

"Pasar ini potensial untuk digarap. Jika di negara asalnya sudah jenuh dengan tempat wisata yang ada, maka Yogyakarta bisa menawarkan sejumlah tempat wisata yang bisa dikunjungi pelajar untuk belajar sekaligus berwisata," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta Deddy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, Yogyakarta memiliki sejumlah tempat wisata yang bisa dikunjungi pelajar di antaranya berbagai museum, Taman Pintar, dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Hanya saja, lanjut dia, para pengelola tempat-tempat wisata tersebut perlu meningkatkan pengelolaannya sehingga tidak mengecewakan pengunjung yang sudah datang.

Deddy mengatakan, Malaysia dan Singapura hingga Maret masih menempati posisi teratas dalam kunjungan wisatawan asing ke Yogyakarta diikuti Belanda di posisi berikutnya.

Selama ini, lanjut dia, kunjungan turis dari Malaysia dan Singapura masih didominasi oleh rombongan keluarga, pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta.

"Biasanya, mereka berwisata ke Bandung terlebih dulu baru menuju Yogyakarta untuk melanjutkan wisatanya. Di Bandung, mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja sedangkan di Yogyakarta untuk menikmati wisata budaya," katanya.

Kawasan Malioboro, Keraton dan Pasar Beringharjo masih menjadi tujuan utama wisatawan dari kedua negara tersebut.

Selain di Yogyakarta, lanjut dia, banyak wisatawan asing yang melakukan wisata minat khusus seperti mengunjungi Goa Pindul, Jumbleng dan pantai-pantai di Kabupaten Gunungkidul.

Deddy mengatakan, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Yogyakarta, BP2KY sudah melakukan sejumlah upaya seperti aktif mengikuti pameran wisata di luar negeri. "Pasar utama Yogyakarta adalah wisatawan dari ASEAN. Kami baru saja mengikuti pameran wisata di Malaysia dan Singapura," katanya.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013