Semarang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi optimistis dengan upaya pengembangan seni tradisi dari daerah-daerah yang bisa membuatnya mendunia dan dikenal secara luas.

"Ke depan, kami melihat ada bayangan cerah pengembangan seni tradisi dalam bentuk baru," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, di sela peluncuran serial film "Nyantrik", di Semarang, Senin malam.

"Nyantrik" adalah serial film dokumenter besutan Lasja F Susatyo tentang kesenian wayang orang yang diproduksi Kemendikbudristek untuk menjembatani generasi muda dengan seni tradisi.

Hilmar menjelaskan bahwa pengembangan seni tradisi dalam bentuk baru sebenarnya bukanlah akhir dari seni klasik, sebab tradisi tetap akan menjadi sumber.

Baca juga: Film "Nyantrik" jembatani generasi muda dan seni tradisi

"Apakah menjadi akhir dari seni klasik? Tidak. Di Jepang, seni klasik tetap ada, dan tetap ada penontonnya, karena menjadi sumber," katanya.

Ia mencontohkan filosofi wayang yang bukan sekadar sebagai seni pertunjukan, tetapi juga menjadi sumber laku hidup karena banyak pembelajaran yang didapatkan untuk kehidupan sehari-hari.

"Saya ingat bahwa tepat 70 tahun lalu, Bung Karno mengundang Wayang Orang Ngesti Pandhawa ke Jakarta. Saat itu, bersamaan terjadi erupsi Gunung Merapi. Mereka diundang untuk memobilisasi dukungan, bantuan," katanya.

Artinya, kata dia, membuktikan bagaimana ternyata kesenian wayang orang menjadi sarana ampuh untuk membuka mata dunia ketika itu, dan semestinya saat ini lebih besar pengaruhnya.

Baca juga: Kemendikbud: Ruwatan Sukerto jaga budaya spiritual masyarakat

Namun, ia mengakui, seni tradisi, termasuk wayang orang saat ini harus bersaing ketat di tengah perkembangan teknologi yang melahirkan berbagai hiburan baru bagi generasi muda.

Oleh karena itu, Hilmar mengatakan perlunya menyambungkan seni tradisi agar diterima dan diminati generasi muda, sebab bukan hanya aspek seni pertunjukannya, melainkan juga bagaimana menjadi laku hidup.

"Wayang Orang Ngesti Pandhawa kan (pentas) seminggu sekali. Kalau bisa tidak hanya seminggu sekali, tetapi setiap akhir pekan di banyak tempat dengan anak-anak boleh tampil dengan sangat terbuka," katanya.

Ia juga mengakui masih ada sebagian masyarakat mencibir orang yang berprofesi sebagai seniman, padahal mereka berperan mengangkat seni tradisi menjadi lebih berjaya.

Baca juga: Kemendikbud: Kirab Satu Sura Mangkunegaran upaya lestarikan budaya

"Ada yang kalau dapat calon (suami) seniman, menganggap masa depan suram. Mari dukung seniman mengangkat seni tradisi lebih berjaya dan melahirkan karya-karya baru dengan cara dan gayanya sendiri," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023