Dengan sedikit energi bisa memberi kehidupan pada produksi pangan
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pertemuan internasional tahunan University Network of Tropical Agriculture (UNTA) diharapkan mampu melahirkan solusi alternatif untuk menghadapi perubahan iklim pada sektor pertanian, kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Prof Mangku Purnomo.

Mangku Purnomo di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa mengatakan dalam pertemuan yang digelar pada 7-10 Agustus 2023, salah satunya membahas solusi alternatif perubahan iklim yang berkaitan dengan kebutuhan pangan.

"Kami akan bersama-sama, pada jaringan ini untuk mencari solusi alternatif terhadap perubahan iklim, yang berkaitan dengan kebutuhan pangan," kata Mangku.

Mangku menjelaskan, solusi alternatif yang dibahas oleh asosiasi perguruan tinggi bidang pertanian tropis tersebut mengedepankan langkah yang tidak merusak lingkungan, serta memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan bidang pertanian tropis.

Baca juga: Universitas Brawijaya perkuat kerja sama penelitian pertanian tropis

Baca juga: Sejumlah kampus di Asia Tenggara diskusikan mitigasi perubahan iklim


Menurut dia pada praktik pertanian saat ini harus diakui terjadi ketidakseimbangan antara produksi yang boros dan menghasilkan emisi dan polutan yang memberikan dampak langsung terhadap perubahan iklim.

"ini yang menjadi masalah besar. Sektor ini (pertanian) salah satunya, ini pertanian secara luas," katanya.

Ia menambahkan, aktivitas tambak, peternakan skala besar memberikan dampak terhadap perubahan iklim. Aktivitas pertanian yang tidak efektif, menghasilkan emisi dan polutan yang harus segera dijawab oleh sektor pertanian.

"Dengan kondisi itu, kita cari teknologi, supaya lebih efisien. Makanya kami menggunakan AI, teknologi rekayasa genetik yang bagus, sehingga dengan sedikit energi bisa memberi kehidupan pada produksi pangan untuk masyarakat kita," katanya.

Selain itu, lanjutnya, kebutuhan masyarakat atas produk pangan pada setiap tahunnya juga terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia. Sehingga, penggunaan energi yang efisien menjadi jawaban agar sektor pertanian lebih hijau.

"Kalau, penggunaan energi efisien, maka secara otomatis itu akan mengurangi emisi dan polutan di udara. Kalau kemudian itu berkurang, itu akan meningkatkan keberlanjutan lingkungan, dan akan ada keseimbangan baru terbentuk," ujarnya.

Ia berharap sektor pertanian bisa memberikan kontribusi besar terhadap lingkungan dengan sejumlah inovasi yang dihasilkan pada pertemuan UNTA tersebut. Efisiensi penggunaan pupuk, air, pestisida dan lainnya merupakan kunci untuk menghadapi perubahan iklim.

Selain itu, lanjutnya, dalam riset yang dilakukan oleh anggota UNTA tersebut juga akan berupaya melahirkan tanaman pangan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Sehingga, meskipun tanaman itu menghadapi kondisi yang sulit, namun tetap bisa berproduksi dengan optimal.

"Kalau kita berdiskusi menggunakan genetic engineering untuk mengantisipasi supaya tanaman ini lebih tahan saat produksi. Ini kita pikirkan di sini bersama-sama, bagaimana merancang tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim," katanya.

UNTA beranggotakan 28 universitas terkemuka di berbagai negara. UNTA memiliki misi menerapkan integrasi dan menciptakan ikatan erat guna meningkatkan pendidikan tinggi, pelatihan dan penelitian pada bidang pertanian tropis.

UNTA diharapkan mampu membangun platform kolaborasi dan komunikasi bagi anggota untuk menciptakan ikatan erat dalam berbagi pengetahuan dan strategi guna meningkatkan kualitas dan standard pendidikan tinggi bidang pertanian tropis.

Sejumlah tujuan yang menjadi dasar pembentukan UNTA antara lain adalah mengembangkan dan memperkuat potensi pertanian tropis untuk mengatasi masalah ketahanan pangan, keamanan, keberlanjutan dan isu terkait lainnya.

Baca juga: Pemerintah-swasta-kampus penting berkolaborasi tangani masalah iklim

Baca juga: Peneliti Indonesia dorong dunia ambil aksi iklim lebih cepat & konkret

 

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023