Sidoarjo (ANTARA News) - Ribuan pengungsi korban banjir lumpur panas PT Lapindo Brantas hingga Senin (26/6) pagi belum menerima bantuan dana dari perusahaan itu sebesar Rp5 miliar, diduga kuat dana masih tersimpan di Bank BCA. Sejumlah pengungsi sangat mengharapkan pihak terkait untuk segera mencairkan dana tersebut, mengingat mayoritas para pengungsi sekarang ini tidak lagi memiliki uang, meskipun dalam kesehariannya mereka masih menerima jatah makan dari Lapindo yang bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya untuk memasok makanan siap saji ke lokasi pengungsian. Hingga saat ini tercatat 5.651 orang warga sejak 29 Mei 2006 berada di lokasi pengungsian di Pasar Porong Baru, Sidoarjo. Mereka berasal dari empat Desa yakni Renokenongo, Siring, Jatirejo dan Kedungbendo. "Kami sekarang ini memerlukan bantuan uang," kata salah seorang pengungsi asal Siring. Sebelumnya Wakil Bupati Sidoarjo, Syaiful Illah, menyebutkan dana bantuan Rp5 miliar dari Lapindo Brantas saat ini masih disimpan di Bank BCA dan akan segera dicairkan dalam pekan ini jika data pengungsi yang dihimpun dari RT/RW dan kelurahan sudah lengkap. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sekarang ini telah meminta aparat desa yang terkena banjir lumpur panas mendata jumlah pengungsi secara tepat sehingga penyaluran dana itu bisa diterima kepada para pengungsi secara baik. Para pengungsi juga mengharapkan agar Lapindo Brantas bersedia mengeluarkan bantuan dana berapapun untuk membantu para pengungsi, sedang manajemen PT Lapindo Brantas telah menyatakan kesediaannya untuk membantu para warga selama mereka dalam pengungsian. Lapindo Brantas juga menjanjikan untuk memberikan bantuan sebesar Rp300.000,- per jiwa /bulan sedang bagi buruh dan karyawan perusahaan yang tidak bisa bekerja akibat perusahaan mereka tidak beroperasi akibat terendam lumpur akan diberikan bantuan sebesar Rp700.000,- sesuai dengan UMK Kabupaten Sidoarjo. Dalam upaya memenuhi permintaan warga agar disediakan tempat khusus bagi pengungsi untuk menyalurkan hubungan pasangan suami istri, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga sudah menyiapkan empat Ruko khusus dan disebut sebagai Ruko "Asmara". Selama dalam pengungsian para pengungsi mengaku sulit untuk bisa melakukan hubungan badan sebagai suami istri, karena mereka tidur dalam satu lokasi yang terdiri dari bermacam keluarga. Belum diketahui hingga kapan ribuan warga yang menjadi korban lumpur panas itu berada di lokasi pengungsian, sejak banjir lumpur menerjang ratusan rumah dan pabrik tiga warga dilaporkan meninggal dunia. (*)

Copyright © ANTARA 2006