Kapal itu... menjadi sasaran empuk penjahat, yang kami pastikan adalah bagian dari sebuah kelompok yang seharusnya menikmati amnesti."
Yenagoa (ANTARA News) - Militan Nigeria menyerang sebuah kapal polisi di kawasan penghasil minyak Delta Niger pada akhir pekan, yang mengakibatkan 12 aparat kepolisian hilang, kata polisi, Minggu.

Komisaris Polisi Kingsley Omire mengatakan, kapal yang membawa 50 polisi itu sedang menuju ke tempat pemakaman pada Jumat larut malam ketika mengalami gangguan mesin di salah satu anak sungai berliku di kawasan delta berawa itu, yang merupakan pusat industri minyak terbesar Arika, lapor Reuters.

"Kapal itu... menjadi sasaran empuk penjahat, yang kami pastikan adalah bagian dari sebuah kelompok yang seharusnya menikmati amnesti," katanya.

Satu sumber keamanan Nigeria yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, ke-12 polisi yang hilang itu mungkin sekali sudah tewas.

Omire mengatakan, polisi yakin penyerang adalah bagian dari sebuah kelompok militan yang kecewa karena tidak menerima pembagian dari uang amnesti.

Gerakan Kebebasan Delta Niger (MEND), kelompok militan utama sebelum program amnesti, pekan ini mengancam akan memulai lagi serangan-serangan karena penahanan pemimpin mereka, Henry Okah, oleh sebuah pengadilan Afrika Selatan.

Omire mengatakan, serangan terakhir itu tidak ada kaitannya dengan MEND.

Okah dijatuhi hukuman penjara 24 tahun pada 26 Maret karena mendalangi dua pemboman mobil di ibu kota Nigeria pada 2010 yang menewaskan sedikitnya 10 orang.

MEND adalah kelompok militan utama di Delta Niger yang selama bertahun-tahun meledakkan pipa minyak di Nigeria, negara industri terbesar gas dan minyak Afrika. Namun, mereka terpecah sejak program amnesti 2009.

Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.

Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli 2009 membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan. Namun, Okah kemudian ditangkap di Afrika Selatan atas tuduhan terlibat dalam pemboman di ibu kota Nigeria.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013