Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia John Howard menegaskan bahwa negaranya tidak mendukung separatisme dan gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. "Pemerintahan kami tidak ingin melihat Australia menjadi tempat bagi aktivitas seperti itu," tegas Howard dalam surat balasannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tertanggal 24 Juni 2006 yang copynya diterima ANTARA di Jakarta, Senin. Penegasan Howard bahwa negaranya tidak akan dijadikan titik tolak gerakan separatis di Indonesia, khususnya Papua, tersebut dianggap sebagai salah satu kesuksesan diplomasi pemerintah Yudhoyono. Kedua kepala pemerintahan itu, Senin, mengadakan pertemuan puncak di Batam untuk membahas arah baru hubungan kedua negara yang sempat memanas akibat keputusan Canberra memberikan visa menetap sementara kepada 42 dari 43 pencari suaka politik asal Provinsi Papua. Di Batam, Howard juga kembali menegaskan bahwa Australia menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia, termasuk kedaulatannya atas Papua. "Kami percaya bahwa masa depan Papua akan tergantung pada perkembangan ekonomi, sosial, dan politik di Republik Indonesia," tulisnya yang membalas surat Yudhoyono tertanggal 21 Juni 2006. "Saya mencatat bahwa Anda telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah di provinsi itu secara damai," puji Howard. Australia percaya bahwa pelaksanaan Otonomi Khusus secara menyeluruh dan efektif, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia, sangat krusial untuk menyelesaikan masalah Papua. "Kami bersedia membantu Indonesia untuk menjamin dilaksanakannya strategi ini dengan berhasil," tulisnya lagi. Sebagaimana disampaikan oleh Menlu Australia Alexander Downer sebelumnya, Howard juga menyatakan bahwa bantuan pembangunan dari Australia tidak digunakan untuk mendanai kegiatan politik di Papua atau gerakan separatis. "Kode etik kami bagi LSM-LSM di Indonesia mencegah pendanaan bagi organisasi-organisasi yang beroperasi melawan hukum dan kebijakan yang berlaku di negeri itu," kata Howard dalam suratnya itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006