Jakarta (ANTARA) -
Wali Kota Administrasi Jakarta Timur Muhammad Anwar memonitor langsung dan memberikan makanan kepada balita yang terindikasi stunting (tengkes) di RW 04 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat.
 
Pemberian makanan terhadap anak stunting guna memastikan pemberian makanan berjalan dengan baik.
 
Salah satu anak yang mendapatkan langsung pemberian makan yakni Bilal, balita berusia 1,5 tahun yang mengalami stunting.

Baca juga: BKKBN: Angka stunting di NTB turun jadi 16,9 persen
 
Bilal mengalami stunting karena sang ibu, saat mengandung diketahui mengalami tekanan darah tinggi, sehingga berdampak kepada perkembangan sang anak.
 
"Tadi kita sambangi salah satu anak namanya Bilal, ibunya saat hamil tekanan darah tinggi sampai lahir. Tentunya ini hal-hal yang harus kita sikapi bersama, bagaimana stunting kita cegah dengan intervensi-intervensi pemberian makanan tambahan, lingkungan dan sebagainya," kata Anwar.
 
Dia mengaku akan melakukan evaluasi kepada kinerja kelurahan, kecamatan dan puskesmas untuk mengetahui sejauh mana intervensi dalam penanganan stunting.
 
Dari hasil rapat dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, yang terpenting saat ini mencegah anak agar tidak stunting, kurang gizi, dan gizi buruk.
 
"Yang lebih penting lagi adalah mencegah, ketimbang sudah stunting, kalau sudah stunting biaya besar. Kalau belum (terindikasi stunting) kita pantau selama 56 hari agar gizinya terpenuhi dengan baik. Setelah itu kita timbang berat badannya, ukur tinggi badannya bertambah, berarti dia sudah bisa dikatakan tidak stunting," papar Anwar.
 
Sementara itu, Lurah Kampung Melayu Angga Harjuno Rakasiwi.mengatakan data anak yang mengalami stunting di Kelurahan Kampung Melayu sebanyak 6 anak, salah satunya Bilal.
 
Dalam penanganan stunting, lanjut dia, Kelurahan Kampung Melayu telah melakukan beberapa upaya, di antaranya pemeriksaan perkembangan anak stunting, pemberian makan tambahan dan kelas gizi.
 
"Beberapa upaya kita laksanakan seperti kelas gizi itu setiap hari Selasa dan pemeriksaan stunting setiap hari Rabu," jelasnya.
 
Ibu kandung Bilal, Yuni mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Administrasi Jaktim beserta jajaran yang telah memperhatikan anaknya, bahkan datang langsung memberikan makanan bergizi kepada anaknya.
 
"Alhamdulillah, untuk anak-anak stunting terpantau, tidak seperti dulu. Saya juga sebagai orang tua bisa tahu untuk kasih makanan gizinya apa saja, bagus ada program kaya gini, dari Pak Wali makasih sudah memperhatikan anak-anak stunting sekarang," ucapnya.
 
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur sendiri menargetkan angka stunting atau tengkes di wilayah tersebut nol persen atau "zero stunting" pada tahun 2024.
 
"Target kita 2024 'zero stunting'. Saat ini untuk Jakarta Timur masih 14,4 persen, jadi kita harus menurunkan sampai nol persen di 2024," kata Wakil Wali Kota Jakarta Timur Iin Mutmainah saat memimpin rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Administrasi Jakarta Timur di Ruang Rapat IV Kantor Wali Kota Jaktim, Senin (7/8).
 
Secara umum untuk di Provinsi DKI Jakarta, menurut dia, Jakarta Timur masih di bawah angka DKI yang mencapai 14,8 persen. Namun demikian, pihaknya harus semangat sampai "zero stunting".

Baca juga: Kepala BKKBN apresiasi inovasi cegah stunting Bakso dan Keris di NTB

Baca juga: BKKBN berikan penghargaan Gerakan Gotong Royong Bhakti Stunting NTB

Baca juga: Heru paparkan soal stunting hingga RDF saat evaluasi di Kemendagri

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023