"Jika ada kesulitan atau kesalahpahaman muncul, kami akan berupaya menanganinya secepat mungkin dan dikomunikasikan oleh pemimpin kedua negara," kata Howard.
Batam (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menganggap hubungannya dengan Australia pasca-pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua telah kembali normal kendati kebijakan "Pasific Solution" yang akan menjamin tidak akan ada lagi pencari suaka diproses di Australia masih belum disetujui parlemen Australia. "Dia `back on track` (sudah kembali ke jalur semula)," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda di Batam usai pertemuan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Australia John Howard di hotel Nongsa Marina Point, Batam, Riau, Senin. "Kedua pemimpin telah mencapai pemahaman yang baik walaupun menyangkut isu yang sulit seperti masalah 42 warga Papua. Jadi pengertia yang baik telah dicapai demikian pula dengan solusi yang memuaskan," tambah Hassan menjawab pertanyaan media. Presiden Yudhoyono saat melakukan jumpa pers bersama dengan Howard menyatakan pertemuan mereka berlangsung secara sangat konstruktif dan produktif. Menurutnya pertemuan hari ini merupakan pertemuan yang sangat unik karena sebelumnya didahului dengan kegiatan surat menyurat yang sangat intens antara dirinya dan Howard. Presiden Yudhoyono dan PM Howard sejak 15 Juni 2006 telah tiga kali berkirim surat yaitu pada 15 Juni 2006 surat Howard kepada Presiden Yudhoyono tentang pembebasan Abu Bakar Ba`asyir, 21 Juni 2006 balasan Presiden Yudhoyono dan pada 24 Juni 2006 yang merupakan jawaban dari Howard yang antara lain berisi pengakuan kembali Australia atas kedaulatan Indonesia. Sementara itu Howard menyatakan pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono berlangsung secara bersahabat yang menunjukkan eratnya hubungan ke dua negara. Presiden mengisyaratkan Indonesia tidak bermasalah dengan masih belum diterimanya kebijakan "Pasifik Solution" oleh parlemen Australia. "Indonesia tahu sedang ada proses tersebut di Australia. Meskipun ini persoalan dalam negeri Australia tentu Indonesia berharap apapun yang diambil oleh Australia menjadi bagian yang baik dalam kerjasama Indonesia dan Australia khususnya tentang pencari suaka," kata Presiden Yudhoyono. Sementara itu Howard dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono menyampaikan tiga hal utama yaitu mengulang pengakuan kedaulatan Indonesia atas Papua, penegasan bahwa Australia tidak mau dijadikan basis bagi pencari suaka serta bahwa bantuan pembangunan Australia untuk Indonesia tidak akan digunakan untuk kegiatan separatisme. Menurut Presiden, dirinya dengan Howard dalam pertemuan mereka membahas berbagai isu bilateral, regional dan internasional dengan semangat kerja sama serta bertetangga baik dan saling menghargai. Presiden menekankan, kendati belakangan ini Indonesia dan Australia menghadapi masalah dalam hubungannya hal itu tidak akan mengganggu komitmen kedua negara untuk meningkatkan upaya memerangi terorisme dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. Dia juga menyatakan, dirinya dan Howard sepakat untuk memajukan perdagangan, investasi dan pariwisata kedua negara. Sementara itu Howard menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara Australia dan Indonesia perlu terus dijaga. "Jika ada kesulitan atau kesalahpahaman muncul, kami akan berupaya menanganinya secepat mungkin dan dikomunikasikan oleh pemimpin kedua negara," kata Howard. "Hubungan baik dengan Indonesia sangat penting bagi Australia, kita memang kadang-kadang memiliki perbedaan pandangan tapi selalu akan dapat mengatasinya," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006