New York (ANTARA) - Serangan terhadap sejumlah fasilitas medis menjadikan perawatan kesehatan sebagai salah satu bidang paling rawan kekerasan di Amerika Serikat (AS), lapor Associated Press (AP) pada Senin (7/8).

Data menunjukkan tenaga kesehatan AS mengalami lebih banyak cedera nonfatal akibat kekerasan di tempat kerja dibandingkan pekerja pada profesi lainnya, termasuk penegak hukum, kata laporan itu.

Di luar penembakan mematikan, "tenaga kesehatan AS menyumbang 73 persen dari total cedera kerja nonfatal di tempat kerja pada 2018, tahun terakhir yang melaporkan angka tersebut," papar laporan itu mengutip Biro Statistik Ketenagakerjaan AS (Bureau of Labor Statistics).

"Tenaga kesehatan bahkan tidak memikirkan hal tersebut ketika mereka memutuskan ingin menjadi perawat atau dokter. Namun, jika menghitung kekerasan yang benar-benar terjadi, secara statistik, bidang perawatan kesehatan menjadi empat atau lima kali lebih berbahaya dibandingkan profesi lainnya," kata Michael D'Angelo, mantan polisi yang menjadi konsultan keamanan di Florida dengan fokus pada perawatan kesehatan dan kekerasan di tempat kerja, sebagaimana dikutip laporan itu.

Sekitar 40 negara bagian mengeluarkan undang-undang yang menciptakan atau memberatkan hukuman untuk tindak kekerasan terhadap tenaga kesehatan, menurut American Nurses Association (ANA).

Rumah-rumah sakit mempersenjatai petugas keamanannya dengan tongkat, senjata kejut listrik, atau pistol. Sementara itu, beberapa negara bagian, termasuk Indiana, Ohio, dan Georgia, mengizinkan rumah sakit untuk membentuk pasukan polisi mereka sendiri. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023