IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak global mencapai rekor 103 juta barel per hari pada Juni dan dapat mencapai puncak lainnya bulan ini.
Bengaluru (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan rekor permintaan global dan pengetatan pasokan, mendorong harga ke kenaikan tujuh minggu berturut-turut, rekor terpanjang sejak 2022.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat 41 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap pada 86,81 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September meningkat 37 sen atau 0,5 persen menjadi ditutup pada 83,19 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca juga: Minyak turun di Asia, investor timbang data China dan optimisme OPEC

IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak global mencapai rekor 103 juta barel per hari pada Juni dan dapat mencapai puncak lainnya bulan ini.

Sementara itu, pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia memicu penurunan tajam dalam persediaan selama sisa tahun 2023, yang menurut IEA dapat mendorong harga minyak lebih tinggi lagi.

Pada Kamis (10/8/2023), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,44 juta barel per hari tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Prospek pasar minyak terlihat sehat untuk paruh kedua tahun ini, kata OPEC.

Data ekonomi AS minggu ini juga mengangkat sentimen pasar, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari kenaikan suku bunga yang agresif.

Pemotongan pasokan dan prospek ekonomi yang membaik telah menciptakan lebih banyak optimisme di kalangan investor minyak, kata analis OANDA Craig Erlam. Namun, dia mencatat tanda-tanda momentum melemah setelah reli yang berkelanjutan. Pada Kamis (10/8/2023), Brent mencapai level tertinggi sejak Januari, sehari setelah WTI mencapai level tertinggi tahun ini.

Terakhir kali Brent naik selama tujuh minggu berturut-turut adalah pada Januari-Februari 2022, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Minyak naik tipis di awal Asia karena optimisme OPEC atas permintaan

Setelah jatuh selama delapan minggu berturut-turut, jumlah rig minyak yang beroperasi di AS, indikator awal produksi masa depan, tetap stabil di 525 minggu ini, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Jumlah rig minyak yang stabil menunjukkan produsen AS mempertahankan disiplin tentang pengeboran dan eksplorasi, kata Eric Freedman, Kepala Investasi di U.S. Bank Asset Management.

"Harga minyak terus naik tapi tidak banyak perusahaan keluar mencari minyak," ujarnya.

Data ekonomi beragam dari China membebani sentimen minggu ini. Sementara data bea cukai menunjukkan impor minyak mentah naik dari tahun ke tahun, keseluruhan ekspor China anjlok 14,5 persen pada Juli, dengan impor minyak mentah bulanan mundur dari rekor tertinggi Juni ke level terendah sejak Januari.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023