Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan program Matching Fund-Kedaireka yang digulirkan sejak 2021 telah mengakselerasi riset dan inovasi di perguruan tinggi.

"Matching Fund merupakan dana padanan yang diberikan kepada perguruan tinggi dan industri yang berkolaborasi dalam pengembangan inovasi melalui platform Kedaireka," ujar Tim Ahli Matching Fund Kedaireka Tjan Basaruddin, di Jakarta, Minggu.

Tjan mengatakan Matching Fund telah mendanai sebanyak 427 proposal kolaborasi antara insan perguruan tinggi dengan industri lewat Kedaireka sejak 2021. Pada 2022, jumlah proposal yang didanai meningkat menjadi 1.093 proposal.

Menurut dia, program Matching Fund dibuat tidak hanya untuk menghilirisasi inovasi yang sudah dilakukan oleh insan perguruan tinggi, tetapi juga untuk menghuluisasi masalah yang ditemukan di dunia nyata untuk diteliti dan ditemukan jawabannya.

Baca juga: Kemendikbud siap dukung peta jalan hilirisasi lewat matching fund

"Problem-problem riil di dunia nyata, dunia industri, bisnis maupun pemerintah akan dibawa ke substansi akademiknya untuk dijadikan suatu scientific knowledge. Oleh karena itu, kementerian menyediakan pendanaan sebagai padanan atas pendanaan yang sudah diberikan oleh pihak bisnis," katanya.

Salah satu peserta yang mendapat pendanaan dari program ini Dwi Rahmalina dari Fakultas Teknik Universitas Pancasila mengatakan program Matching Fund memberikan kesempatan pendanaan terhadap produk inovasinya berupa purwarupa kursi roda penyandang disabilitas.

"Produk ini beranjak dari adanya kebutuhan kursi roda untuk anak penyandang disabilitas. Berdasarkan diskusi secara intensif dengan mitra terkait, maka kami memperoleh spesifikasi kebutuhan terkait desain kursi roda yang dibutuhkan," kata dia.

Baca juga: Kemendikbudristek sebut pengusul Matching Fund Vokasi naik 300 persen

Dwi menyampaikan bahwa berkat pendanaan Matching Fund yang kembali didapatkan timnya pada 2023, semakin membuka kesempatan untuk meningkatkan kesiapan produk agar bisa segera digunakan dan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat luas.

"Untuk tahun 2022 target kami adalah prototype beta dengan tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) 7. Target kami pada tahun 2023 ini meneruskan sehingga TKT 7 meningkat menjadi 8 dan 9 dan siap produksi. Jadi, kami melengkapi lini produksinya di PT MAK," kata Dwi.

Begitu pula dengan Johny Wahyuadi dari Universitas Indonesia yang mendapatkan pendanaan pada 2022 untuk riset silika sekam padi. Silika yang digunakan dalam berbagai macam barang dalam kehidupan sehari-hari masih banyak yang menggunakan silika hasil impor, terutama pada produk kosmetik.

Baca juga: Nadiem: Matching Fund UNJA bisa jadi model pengembangan SAD

Melalui program Matching Fund, Johny ingin mengolah sekam padi dari suatu hal yang banyak dibuang menjadi hal berguna, yaitu dengan mengekstrak kandungan silika di dalamnya untuk digunakan dalam produksi kosmetik.

"Saya mencoba untuk mengembangkan bahan baku silika sehingga sesuai dengan standar industri kosmetik. Dengan adanya pendanaan dari Matching Fund, kita bisa melanjutkan penelitian awal yang hasilnya bisa dijadikan berbagai macam luaran, salah satunya yang terpenting adalah produk yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023