Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun lebih dari satu persen di perdagangan Asia pada Senin sore, karena kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi China yang goyah dan dolar yang lebih kuat membebani kenaikan selama tujuh minggu di tengah pengetatan pasokan dari pengurangan produksi OPEC+.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 1,07 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 85,74 dolar AS per barel pada pukul 06.31 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan pada 82,12 dolar AS per barel, tergelincir 1,3 persen.

Harga minyak mundur karena indeks dolar AS memperpanjang penguatan setelah kenaikan harga produsen AS yang sedikit lebih besar dari perkiraan pada Juli mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah, meskipun di tengah ekspektasi Federal Reserve pada akhir kenaikan suku bunga.

Dolar yang lebih kuat menekan permintaan minyak karena membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

"Minyak mentah telah berada di wilayah overbought untuk beberapa waktu sekarang, menentang ekspektasi koreksi. Minyak telah difokuskan pada optimisme ekonomi AS, dengan mengesampingkan hambatan yang semakin kuat di zona euro dan China," kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

"Penyeimbangan ulang sudah terlambat tetapi mungkin perlu pemeriksaan realitas di pasar Amerika Serikat," kata Hari.

Minyak mungkin berada di kisaran ketat minggu ini karena pemulihan ekonomi China yang lamban dan dolar AS yang lebih kuat dapat menekan harga, tetapi OPEC+ telah mengindikasikan akan melakukan apa pun untuk memperketat pasokan dan menstabilkan pasar, kata analis CMC Markets, Tina Teng.

Pemotongan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia, bagian dari aliansi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, diperkirakan akan mengikis persediaan minyak selama sisa tahun ini, berpotensi mendorong harga lebih tinggi lagi, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporan bulanannya pada Jumat (11/8/2023).

Mencerminkan pengetatan pasokan, selisih atau spread harga Brent antara bulan pertama dan kedua tetap stabil pada Senin setelah menetap di 67 sen pada Jumat (11/8/2023), terlebar sejak Maret.

Sementara itu, sebuah kapal perang Rusia melepaskan tembakan peringatan ke sebuah kapal kargo di Laut Hitam pada Minggu (13/8/2023) meningkatkan ketegangan di area utama untuk ekspor komoditas-komoditas dari Ukraina dan Rusia.

Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak yang beroperasi tetap stabil di 525 minggu lalu, setelah jatuh selama delapan minggu berturut-turut, menurut laporan mingguan Baker Hughes.


Baca juga: Minyak turun di Asia karena dolar menguat, khawatir permintaan China
Baca juga: Rubel melemah lagi setelah bank sentral tangguhkan intervensi terbatas

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023