Jakarta, (ANTARA News) - Organisasi Dana Satwa Liar Dunia atau World Wildlife Fund (WWF) menemukan seekor ular berbisa yang mempunyai kemampuan mengubah warna seperti bunglon di kawasan Sungai Kapuas Kalimantan. Ular yang kemudian diberi nama Ular Lumpur Kapuas tersebut ditemukan oleh Dr Mark Auliya, seorang peneliti ahli reptil dari the Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig Jerman bekerjasama dengan dua peneliti Amerika dalam sebuah proyek WWF di Kalimantan. "Saya menaruh ular coklat kemerahan dalam sebuah kantong gelap. Ketika saya melihatnya beberapa menit kemudian, ular itu telah berubah seluruhnya berwarna putih," kata Mark Auliya dalam siaran pers WWF yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin malam (26/6). Kemampuan mengubah warna umum terdapat pada beberapa jenis reptil seperti bunglon, tetapi para ilmuwan sangat jarang menemukannya pada ular dan sampai saat ini masih belum mengetahui bagaimana fenomena ini bisa terjadi. Auliya yang juga konsultan WWF menemukan dua specimen ular berbisa sepanjang setengah meter itu di pesisir dan hutan berawa sekitar sungai Kapuas di Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat. Ular Lumpur Kapuas tersebut kemudian diberi nama latin Enhydris gyii, dimana genus Enhydris yang terdiri dari 22 jenis, dan hanya dua jenis yang tersebar luas. Sebanyak 20 jenis ular genus Enhydris lainnya sangat jarang ditemukan. Ilmuwan percaya ular yang baru ditemukan ini mungkin hanya ada di Daerah Aliran Sungai Kapuas. Pada sepuluh tahun terakhir, sebanyak 361 jenis hewan dan tumbuhan baru yang ditemukan di Pulau Kalimantan, Jumlah tersebut ditemukan pada area kurang lebih dua kali luas Negara Jerman. Sementara itu, Koordinator Program `Heart of Borneo? WWF, Bambang Supriyanto mengatakan penemuan Ular Lumpur Kapuas sebenarnya sudah setahun yang lalu. "Sebenarnya penemuan itu ular itu sudah satu tahun yang lalu, akan tetapi karena harus diklarifikasi secara ilmiah, dan harus ditemukan spesies hidupnya, serta harus didaftarkan ke Komisi Penamaan Internasional, baru bisa kita publikasikan sekarang,? kata Bambang. Bambang menjelaskan publikasi penemuan spesies ular baru itu setelah komisi penamaan hewan internasional memberi nama latin Ular Lumpur Kapuas itu Enhydris gyii. "Penemuan dari ular bunglon menegaskan satu dari rahasia terbaik alam yang terdapat dari pedalaman Kalimantan. Kemampuan untuk mengubah warna tetap tersembunyi dari ilmu pengetahuan sampai sekarang," kata Bambang. Bambang melihat ada dua makna penemuan Ular Lumpur Kapuas tersebut, yaitu menambah jumlah penemuan keanekaragaman hayati Indonesia, dan ancaman bagi pemanfaatan hewan dan tumbuhan Indonesia. "Dengan banyaknya ancaman kerusakan lingkungan bagi konservasi, secara potensial dapat menurunkan `genetic bank? yang bermanfaat secara bedsar bagi manusia. Mungkin bisa ular itu dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Ini yang perlu diteliti lebih lanjut," tegas Bambang.

Copyright © ANTARA 2006