Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat masih bersiaga terhadap potensi banjir ke depan mulai Selasa, meski banjir pada Senin (14/8) telah surut.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam keterangan disiarkan di Jakarta, Selasa, mengatakan sebelumnya 10 desa atau nagari di Kecamatan Silaut terendam dengan tinggi muka air antara 30-75 cm.

"Meskipun banjir telah surut di Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, BPBD menyiagakan perahu karet di wilayah terdampak. Tim reaksi cepat BPBD juga bersiaga apabila ada warga membutuhkan evakuasi, sebab telah melakukan asesmen dampak banjir," kata dia.

Ia menjelaskan 10 nagari terdampak banjir, yaitu Sanbungo, Air Hitam, Sungai Seri, Sungai Pulai, Silaut, Lubuk Bunta, Pasir Binjai, Sungai Sirah, Durian Seribu, dan Talang Binja.

Baca juga: Banjir rusak bangunan di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi

BPBD Kabupaten Pesisir Selatan mencatat 713 kepala keluarga terdampak bencana. Namun demikian, tidak ada laporan korban jiwa atau warga yang melakukan pengungsian.

Banjir terjadi di daerah itu setelah hujan lebat berlangsung pada Senin (14/7), pukul 16.00 WIB.

Peringatan dini cuaca hingga Rabu (16/8), Provinsi Sumatra Barat masih berpeluang hujan dengan intensitas lebat yang disertai petir atau kilat dan angin kencang, sedangkan wilayah Pesisir Selatan berpeluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada hari ini.

"BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk waspada dan siap siaga dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi basah, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Salah satu langkah kesiapsiagaan, warga dapat menyiapkan tas siaga bencana apabila harus melakukan evakuasi ke tempat pengungsian," kata Abdul.

Baca juga: Rob berpeluang melanda pesisir selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY
Baca juga: Banjir bandang rendam wilayah pesisir selatan Trenggalek

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023