Jakarta (ANTARA News) - Menristek Kusmayanto Kadiman mengatakan jika tahun ini sudah dimulai pengembangan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), maka dalam waktu lima tahun mendatang Indonesia sudah memiliki teknologi nuklir untuk listrik. "Kalau kita mulai sekarang, maka dalam waktu paling cepat lima tahun mendatang kita sudah memilikinya, (nuklir)," kata Menrsitek Kusmayanto Kadiman usai mendampingi Menristek Iran, Muhammad Mehdi Zahedi bertemu Wapres Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa. Menurut Menteri, Wapres Jusuf Kalla telah meninstruksikan dilakukannya 'crash program' dalam pengadaan listrik nasional, salah satunya dengan pengembangan teknonogi nuklir. Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 10 ribu mega watt. "Kalau Wapres sudah bilang itu crash program, kenapa tidak, itu artinya percepatan," kata Kusmayanto. Saat ini PT PLN sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan sebuah BUMN Korea Selatan Hydro and Nuklir Power untuk pembangunan PTLN (nuklir) di Indonesia. Ketika ditanyakan mengenai proyek PLTN Gunung Muria yang belum juga terealisasi, Menristek mengatakan bahwa masalah PLTN Gunung Muria selama ini selalu diributkan. Dalam pandangan Menristek, polemik pembangunan PLTN Gunung Muria disebabkan oleh dua hal yakni masalah energi nuklir selalu kalah prioritas dibandingkan dengan enrgi lain seperti gas, minyak bumi dan batu bara. "Selama ini kita mengira sumber energi kita seperti gas, minyak bumi dan sebagainya melimpah. Namun ternyata yang kita pikirkan berkah, sekarang nyaris menjadi musibah," kata Kusmayanto. Yang ke dua yakni masalah PLN Gunung Muria yang selalu menjadi isu politik, di mana setiap lima tahun sekali (Pemilu) diangkat oleh para politisi untuk senjata meraih suara. Sehingga setelah Pemilu selesai, masalah PLTN Gunung Muria dilupakan. "Namun kebijakan nasional kita saat ini, nuklir sudah masuk karena itu harus ada kejelasan," katanya. Mengenai dengan negara mana Indonesia akan bekerjasama dalam pengembangan energi nuklir ini, Kusmayanto belum memberikan kepastian. Namun yang pasti, tidak harus dengan negara Iran karena ada beberapa negara lain yang sudah memiliki teknologi dan pengalaman dalam energi nuklir seperti Korea Selatan dan Jepang. "Yang kita inginkan dia datang dengan teknologi nuklir, dan dia datang dengan uang. Kita hanya menyediakan situsnya," katanya. Pada kesempatan itu Menristek juga mengatakan adanya sebuah perusahaan swasta nasional yang akan membangun PLTN di Indonesia. Namun, Kusmayanto belum bersedia menyebutkan perusahaan swasta tersebut. "Ada satu perusahaan swasta nasional yang mau bangun PLTN ini , namun (perusahaan swasta ini) yang perlu dari pemerintah adalah komitmennya untuk mau membeli listrik yang mereka hasilkan," tambahnya. Namun ketika ditanya kenapa pemerintah belum juga memberikan komitmen untuk membeli listrik tersebut, Menristek Kusmayanto dengan membalikkan badan sambil bercanda ,"Saya tanyakan dulu ke Menteri ESDM ya..?." (*)

Copyright © ANTARA 2006