Budi daya tanam padi `system of rice intensification` (SRI) di Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, itu mampu meningkatkan produksi panen petani sekitar 4-5 ton setiap kali panen,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan teknologi budi daya padi "system of rice intensification" di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Budi daya tanam padi `system of rice intensification` (SRI) di Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, itu mampu meningkatkan produksi panen petani sekitar 4-5 ton setiap kali panen," kata Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Lilik Sutiarso di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, model teknologi budi daya padi hemat air, pupuk dan benih itu sudah dirintis sejak dua tahun lalu dimulai dari tahap sosialisasi, pembuatan demplot hingga uji coba ke petani.

"Melalui budi daya tanam padi SRI, petani tidak hanya diajak menghemat air, tetapi juga pupuk dan benih. Khusus untuk pupuk, mereka dibiasakan menggunakan pupuk organik," katanya.

Ia mengatakan, meskipun baru dikembangkan 15 petani, keberhasilan hasil panen pertama padi SRI itu mampu memotivasi petani lain untuk ikut mengembangkan pada musim tanam tahun ini.

"Musim tanam tahun ini ada sebanyak 45 petani yang sudah mau ikut mengembangkan teknologi budi daya padi SRI," katanya.

Menurut dia, tidak mudah mengajak petani untuk mengikuti budi daya padi SRI, karena petani terbiasa dengan sistem konvensional. Petani terbiasa menggunakan air berlimpah.

"Padahal, dari 17 dusun yang ada di Desa Srimartani itu diperkirakan sekitar 400 hektare lahan yang potensial dikembangkan budi daya padi SRI," katanya.

Kepala Seksi Pengolahan Lahan dan Air Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, Arifin Hartanto mengatakan, budi daya tanam padi SRI diharapkan bisa meningkatkan ketersediaan pangan di Bantul.

"Setiap tahun diperkirakan 40 hektare lahan pertanian di Bantul yang beralih fungsi menjadi bangunan. Kondisi itu menyebabkan lahan pertanian dan ketersediaan pangan menjadi berkurang," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013