Meski saat ini wilayah Bali memasuki musim kemarau periode Juli-Agustus 2023, namun hujan masih berpotensi terjadi karena massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 milibar atau 12.000 meter
Denpasar (ANTARA) - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Denpasar meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan dan gelombang laut tinggi di jalur penyeberangan Bali hingga empat meter pada HUT ke-78 Kemerdekaan RI, Kamis (17/8).

“Waspadai potensi hujan intensitas sedang-lebat disertai angin kencang serta gelombang laut tinggi,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Rabu.

Meski saat ini wilayah Bali memasuki musim kemarau periode Juli-Agustus 2023, namun hujan masih berpotensi terjadi karena massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 milibar atau 12.000 meter.

Massa udara yang basah itu disebabkan di antaranya oleh penguapan dan kelembaban udara dengan suku muka laut di sekitar wilayah Bali umumnya berkisar 24-29 derajat celcius.

Sedangkan tinggi gelombang laut selama periode 17-18 Agustus di jalur penyeberangan di Selat Bali yang menghubungkan Bali-Jawa diperkirakan mencapai hingga empat meter.

Begitu juga di Selat Lombok yang menghubungkan Bali-Lombok juga diperkirakan mencapai hingga empat meter atau kategori tinggi.

BBMKG juga mencatat angin diperkirakan bertiup dari arah timur-selatan dengan kecepatan diperkirakan hingga 37 kilometer per jam atau sekitar 20 knot.

Sedangkan di Laut Bali yang berada di perairan Bali bagian utara diperkirakan mencapai hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin diperkirakan hingga 46 kilometer per jam atau 25 knot.

Sementara itu, cuaca di kawasan wisata di perairan Nusa Dua, Kabupaten Badung diperkirakan hujan dengan potensi ketinggian gelombang laut mencapai 3,5-4 meter.

Untuk di wilayah Kuta, Tanah Lot dan Sanur diperkirakan hujan dengan ketinggian gelombang laut mencapai hingga 2,5 meter.

Menurut BMKG, kondisi angin dan gelombang laut yang berisiko tinggi terhadap keselamatan berlayar yakni perahu nelayan apabila kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.

Kapal tongkang apabila kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, kapal ferry apabila kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.

“Masyarakat, nelayan dan pelaku wisata bahari waspadai potensi kecepatan angin dan gelombang tinggi,”  demikian Cahyo Nugroho.

Baca juga: BMKG ingatkan waspadai gelombang 2,5 meter di penyeberangan Bali

Baca juga: Cuaca buruk, Pelabuhan Gilimanuk tutup tiga jam

Baca juga: Penyeberangan Bali-Lombok dibuka-tutup karena cuaca buruk

Baca juga: Penyeberangan di Selat Bali Kembali Normal


Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023