Jakarta (ANTARA News) - Koalisi Pendidikan, Selasa siang, mendatangi Mabes Polri di Jakarta dan melaporkan berbagai kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) tingkat SMA dan SMP di berbagai daerah. Koalisi yang terdiri dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Indonesian Corruption Watch (ICW), kemudian guru dan siswa itu mengaku menerima banyak informasi mengenai kecurangan UAN terutama di Sumatra Utara. "Kecurangan diantaranya soal ujian bocor, guru memberikan jawaban dan pengawas yang tidak menegur terjadinya pelanggaran," kata Gatot, aktivis Koalisi Pendidikan dari LBH Jakarta . Selain itu, ia juga meminta agar Mabes Polri memberikan perlindungan keamanan kepada orang yang selama ini mengungkap kebocoran UAN. Kecurangan paling banyak adalah soal bocor, guru membantu siswa dan pengawas yang tidak menegur kecurangan. Kecurangan diantaranya terjadi di SMP Negeri Tebing Tinggi, Sumatera Utara, SMP Amir Hamzah Medan, SMK Diponegoro, Tebing Tinggi, SMK 04 Medan, SMK Dwi Warna 02 Medan, SMK Prayatna Medan, SMK Markus Medan, SMK Al Fatah Medan dan SMK Raksana Medan. Selain itu SMK Negeri 01 Kota Kisaran, Asahan, SMK Negeri 01 Stabat, SMA Negeri 08 Medan, SMK Teladan Medan, SMK Sutan Oloan, Medan, SMK Medan Area, SMK Negeri 11 Medan, SMK Hasanuddin Medan dan SMA YP Al Hilal Medan. Bahkan, di SMK Prayatna, kepala sekolah ikut membagikan kunci jawaban soal ujian ke siswa sedangkan di SMK Negeri 01 Stabat dan SMK Negeri terjadi upaya perbaikan lembar jawaban siswa di ruangan khusus. Di Jawa Barat, kecurangan terjadi di Kabupaten Garut di mana orang tua siswa dan siswa menerima bocoran kunci jawaban soal ujian dari guru. Kunci jawaban disebarkan langsung ke siswa atau orang tua siswa atau mengirimnya melalui layanan SMS. Gulfino, salah satu siswa SMP di Garut pun ikut bergabung dengan Koalisi Pendidikan untuk datang ke Mabes Polri. Siswa berambut cepak ini mengaku juga memakai kunci jawaban yang beredar di kalangan siswa kendati sebatas mata pelajaran matematika. "Nilai matematika saya 9,33 namun saya sebenarnya tidak pantas menerima nilai setinggi itu karena saya dibantu dengan kunci jawaban. Paling, nilai yang pantas bagi saya cuma enam koma sekian," katanya. Namun, ia menegaskan bahwa kunci jawaban yang bocor itu tidak berasal dari sekolah tempat ia belajar namun dari pihak lain yang sengaja menyebar kunci jawaban. "Karena saya yang membuka kecurangan ini dan kemungkinan akan menerima tekanan, maka saya minta perlindungan ke Mabes Polri," kata Gulfino yang lulus dengan nilai 26 lebih untuk tiga mata pelajaran.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006