Nada risiko di seluruh pasar membebani sentimen di seluruh komoditas, diperparah oleh pelemahan ekonomi lebih lanjut di China
Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di awal perdagangan Asia pada Kamis, memperpanjang kerugian ke sesi keempat berturut-turut di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan di China dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut yang melemahkan permintaan bahan bakar di dua ekonomi terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 37 sen atau 0,44 persen, menjadi diperdagangkan di 83,08 dolar AS per barel pada pukul 00.38 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 39 sen atau 0,49 persen, menjadi diperdagangkan pada 78,99 dolar AS per barel.

Pembayaran yang gagal pada produk-produk investasi oleh perusahaan trust China terkemuka dan penurunan harga rumah telah menambah kekhawatiran bahwa krisis sektor properti yang semakin dalam di China menahan sedikit momentum yang tersisa dari ekonomi.

Bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya dalam tiga bulan minggu ini, tetapi para analis khawatir itu mungkin tidak cukup untuk menahan spiral penurunan ekonomi.

"Nada risiko di seluruh pasar membebani sentimen di seluruh komoditas, diperparah oleh pelemahan ekonomi lebih lanjut di China," kata ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Risalah pertemuan Juli Federal Reserve AS yang dirilis pada Rabu (16/8/2023) juga membebani harga minyak, karena mereka menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat bank sentral terus memprioritaskan pertempuran melawan inflasi.

Risalah "menunjukkan sebagian besar pejabat mencatat kenaikan yang signifikan terhadap inflasi berarti kita mungkin melihat lebih banyak pengetatan ... Namun demikian, tanda-tanda pengetatan di pasar fisik terus berlanjut," kata Riset ANZ.

Baca juga: Pasokan minyak mentah AS naik, data minyak bumi lainnya beragam
Baca juga: Harga minyak turun tertekan kekhawatiran China, kenaikan suku bunga
Baca juga: Minyak jatuh sekitar satu persen di tengah kekhawatiran ekonomi China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023