Bila tidak memiliki kontribusi dalam perjuangan Indonesia meraih kedaulatan, ... minimal tidak mencederai apa yang telah diperjuangkan para pendahulu.
JAKARTA (ANTARA) - Dahulu, para pendiri bangsa mati-matian mengusir penjajah demi merebut kemerdekaan. Sekarang, sebagian anak bangsa justru rajin mengundang kembali orang-orang asing ke Tanah Air dan dibiarkan leluasa melakukan penjajahan dengan gaya baru.

Dulu, para pemimpin bangsa tidak tunduk pada orang asing demi tegaknya harga diri bangsa. Kini, generasi penikmat kemerdekaan malah memuja selebritas dan produk luar negeri demi tegaknya gengsi.

Bila tidak memiliki kontribusi dalam perjuangan Indonesia meraih kedaulatan, sebagai warga negara yang baik minimal tidak mencederai apa yang telah diperjuangkan para pendahulu.

Nasionalisme bukan sekadar tentang hapal Pancasila dan gegap gempitanya perayaan Hari Kemerdekaan, melainkan tercermin dalam laku keseharian dengan keberpihakan seutuhnya pada bangsa dan negara sendiri. Seperti mencintai produk dalam negeri, menganut budaya bangsa sendiri, dan mengapresiasi prestasi anak negeri, serta mendukung seniman berikut industri hiburan Tanah Air.

Pemerintah, melalui berbagai program, berupaya membangun jiwa nasionalisme secara berkesinambungan dengan materi dan pendekatan yang disesuaikan dengan usia, kalangan, dan latar belakang sosial.

Pada usia pelajar, upaya menumbuhkan nasionalisme disuntikkan melalui kurikulum pendidikan, seperti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Di kalangan pemuda, pendirian organisasi kepemudaan mensyaratkan ideologi Pancasila sebagai asas organisasi, syarat yang sama berlaku juga untuk pendirian organisasi kemasyarakatan (ormas).

Kepada para pelajar dan mahasiswa di luar negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) setempat juga bertugas merawat nasionalisme mereka dengan upaya perlindungan WNI dan berbagai program kegiatan yang membuat para diaspora itu merasa terus terikat dengan negara kelahirannya.

Kemudian tugas yang paling berat adalah memulihkan jiwa nasionalisme di kalangan mantan teroris dan separatis. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki program deradikalisasi, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, program ini memiliki tahapan. Seperti sasaran yang ada di dalam lapas terlebih dahulu dilakukan identifikasi, rehabilitasi, re-edukasi, dan reintegrasi. Adapun upaya pencegahan kepada mereka yang berada di luar lapas, dilakukan identifikasi, pembinaan keagamaan, wawasan kebangsaan, dan kewirausahaan.

Aksi terorisme dan separatisme adalah ujian terberat bagi NKRI. Keduanya merupakan ancaman nyata, apalagi paham ekstrem itu sudah menyusup ke sendi-sendi pemerintahan, dengan indikasi ditemukannya sejumlah ASN terpapar radikalisme. Dan, menjadi sangat menyakitkan ketika justru abdi negara yang “murtad” dari Pancasila. Tak terbayang bagaimana berdukanya para pahlawan kemerdekaan bila menyaksikan kenyataan pengkhianatan itu.

Kirab budaya dalam rangka Upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI memasuki gerbang Istana Merdeka dalam gladi bersih yang dilaksanakan pada Selasa (15/8/2023). ANTARA/Yashinta Difa

Serba-serbi RI ‘45

Untuk menyegarkan kembali gelora cinta pada Tanah Air, ada baiknya kita bernostalgia bersama sebuhul cerita para pahlawan.

Perjuangan kemerdekaan RI bertabur cerita seru, bukan hanya tentang kisah heroik yang menakjubkan tetapi juga kejadian kocak dan aksi kejahatan mulia. Berikut adalah lembar-lembar kenangan yang dirangkum dari peristiwa di kisaran awal kemerdekaan.

1. Jangan dilupa

Duo proklamator Soekarno-Hatta menjadi tokoh sentral pada peristiwa 17 Agustus 1945. Selain mereka berdua ada sejumlah pahlawan yang hampir terlupakan, padahal sangat berjasa dalam proses kemerdekaan RI, mereka adalah:

- Frans dan Alex Mendur, dua bersaudara yang merekam dengan apik momen bersejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Fotografer kelahiran Kawangkoan, Sulawesi Utara itu, telah memainkan peran penting dalam mendokumentasikan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Foto ikonik Bung Karno membacakan proklamasi yang beredar luas hingga sekarang, adalah karya mereka.

- Sayuti Melik dan SK Trimurti. Pasangan suami istri yang memiliki andil besar dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Sayuti Melik pemilik nama asli Muhammad Ibnu Sayuti adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang mengetik Teks Proklamasi untuk kemudian dibacakan oleh Presiden Soekarno. Sedangkan SK Trimurti, merupakan seorang penulis, guru, dan jurnalis yang aktif, dia berdedikasi dalam menyebarkan pamflet anti-kolonial kepada murid-muridnya dan masyarakat luas. Karena keberaniannya itu, SK Trimurti kerap menjadi buronan Belanda dan terpaksa sering berganti identitas untuk menghindari pengejaran.

- Syahrudin. Seorang operator telegraf di sebuah agensi berita Jepang. Kala itu, saat para tentara Jepang beristirahat sore hari, Syahrudin diam-diam menjalankan operasi penuh risiko, ia menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan untuk memastikan bahwa dunia mengetahui tentang kemerdekaan baru Indonesia. Tanpa perannya, mungkin dunia internasional tidak akan mengetahui tentang kemerdekaan Indonesia.

2. "Kejahatan" mulia

Sesaat setelah kemerdekaan, tercatat ada beberapa aksi kejahatan yang patut diacungkan jempol, berikut di antaranya:

- Mobil curian. Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia belum memiliki anggaran untuk membeli mobil kepresidenan. Adalah Sudiro, sahabat Presiden Soekarno, yang memutar otak bagaimana caranya mencarikan mobil layak untuk seorang Presiden pertama RI. Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang, dengan gorden di jendela belakang, yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta.

Sayangnya, mobil itu milik Kepala Departemen Perhubungan Jepang. Saat si pemilik sedang rapat, Sudiro mendekati dan membujuk sopirnya. Berkat rayuan diplomatis, sang sopir pun memberikan kunci mobil tersebut kepada Sudiro. Kemudian sopir itu diberi uang Rp300 untuk kembali pulang ke Kebumen supaya tidak dicari bosnya. Dengan girang, Sudiro membawa mobil mewah itu ke Pegangsaan untuk dihadiahkan sebagai mobil resmi presiden berpelat Rep 1.

- Menteri penyelundup. Dr. Adnan Kapau Gani, dijuluki Belanda sebagai raja penyelundup tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian. Begitu diceritakan Presiden Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Di awal kemerdekaan, perekonomian Indonesia karut marut. Salah satu cara untuk memperoleh uang atau kebutuhan rakyat adalah dengan cara menyelundupkan barang-barang ke luar negeri kemudian melakukan pertukaran barang di sana. Bahan pakaian, makanan, hingga senjata diselundupkan dari luar negeri. Tentu saja Belanda yang memblokade Indonesia kesal bukan main.

"Orang yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000 ton karet,” kata Bung Karno tentang aksi AK Gani.

3. Sekejap jadi kapten

Rangkaian pertempuran Surabaya tak melulu berisi kisah menegangkan, ada pula kejadian lucu di baliknya.

Seperti ditulis sejarawan Batara Richard Hutagalung, tanggal 30 Oktober 1945 diadakan gencatan senjata antara pejuang RI dan tentara Inggris. Salah satunya, kesepakatan antara kedua belah pihak dengan membentuk joint comittee yang tugasnya mengawasi gencatan senjata.

Di komite bersama itu, dari pihak Inggris Kapten Shaw menjabat sekretaris, sedangkan dari pihak Indonesia, posisi sekretaris ditugaskan kepada Roeslan Abdulgani.

Sebelum hari perundingan, Des Alwi menyarankan agar Roeslan Abdulgani juga memiliki pangkat Kapten agar sepadan dengan lawan berundingnya. Cak Roes pun diajak menemui dokter Mustopo yang menjadi salah satu komandan pasukan di Surabaya, untuk dimintakan pangkat Kapten. Mendengar alasan Des Alwi, tanpa berpikir panjang dokter Mustopo mengiyakan.

Setelah resmi menjadi kapten Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Roeslan Abdul Gani menghadap Kolonel Sungkono. Dia menerima tanda pangkat kapten, berupa tiga buah bintang kecil. “Baru saya ngerti kalau kapten itu bintang tiga,” gumam Cak Roes, sipil berpangkat Kapten.

4. "Tipu-tipu" Bung Tomo

Urusan lobi-melobi dan sedikit “tipu-tipu” adalah keahlian Bung Tomo. Saat berhadapan dengan tentara Jepang yang tengah menjaga wilayah Indonesia, pemuda Blauran Surabaya itu berhasil membohongi tentara Jepang. Dengan mengaku sebagai wartawan, dia mengatakan bahwa panglima tertinggi pasukan Dai Nippon telah menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada Bung Karno.

“Demikianlah isapan jempol yang kuceritakan dengan semangat,” kata Bung Tomo, seperti dikutip dari buku “10 November ’45. Mengapa Inggris membom Surabaya?”

Dengan sangat meyakinkan, akhirnya para tentara Jepang menyerahkan senjata mereka kepada pemuda Indonesia.

Pada kesempatan lain, Bung Tomo mendapat pengaduan dari salah seorang tentara Jepang. Dia mengaku, pemuda Indonesia mau merampas bayonet miliknya. Padahal, sebagai juru masak, bayonet itu sangat diperlukan. Bung Tomo pun tak pernah kehabisan akal. Ia meminta pemuda Indonesia mencari pisau dapur untuk menukarkan dengan bayonet milik prajurit Jepang sang juru masak.



Khitah RI

Hari ini 17 Agustus 2023, NKRI genap berusia 78 tahun. Jangan dibayangkan sebagai usia lansia yang ditandai kerapuhan, melainkan usia matang dengan kekayaan pengalaman. Bangsa yang berdiri tegak, melangkah dengan gagah berbekal kedaulatan yang kuat, jati diri yang kokoh, dan harga diri tinggi.

Inti dari kemerdekaan adalah kedaulatan, di antaranya tentang bagaimana berperan dan menempatkan diri dalam berbagai aspek. Semisal dalam teknologi mengambil peran sebagai pencipta, bukan pengguna semata. Dalam industri menjadi produsen, bukan konsumen dan pasar potensial belaka. Di dunia hiburan sebagai kreator atau minimal mendukung seniman lokal, bukan penggila idol  asing.

Doktrin Trisakti yang diajarkan Bung Karno yakni berdaulat dalam politik; berdikari dalam ekonomi; dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam konteks kekinian ajaran itu mungkin bisa diamalkan dengan tiga pantang: melakukan penghambaan pada bangsa asing; ketergantungan pada barang merek impor; dan pemujaan pada selebritas luar negeri.

Bukan berarti menutup diri dari pergaulan global, melainkan contohlah Bali. Bagaimana menjadi wilayah ramah wisatawan (orang asing) namun jati dirinya tak terkikis dan justru semakin kokoh. Padahal, lebih dari dua juta wisatawan mancanegara (wisman) setiap tahunnya tinggal berlama-lama di Pulau Dewata, tetapi justru para turis yang terpana dengan khasanah budaya setempat. Sementara warga di sana tidak tertular budaya luar, tetap berkepribadian Bali.

Hari Kemerdekaan bisa menjadi momen untuk menyegarkan kembali jiwa nasionalisme kita. Hati mana yang tak bergetar manakala Indonesia Raya berkumandang di seantero negeri secara serentak pagi ini, putra-putri terbaik bangsa mengibarkan sang saka Merah Putih. Lantas, kirab budaya dan berbagai pawai berlangsung semarak di mana-mana.

Ayolah … kita jatuh cinta lagi pada Ibu Pertiwi!

Sejumlah pelajar sekolah dasar melakukan kirab budaya Nusantara menyemarakkan HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/8/2023) ANTARA/HO-GWK

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023