Surabaya (ANTARA) - Legenda hidup seniman tradisional ludruk Cak Kartolo meraih penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas saat upacara peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia (RI) di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis.

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menilai Cak Kartolo berkontribusi atas pelestarian kesenian tradisional khas budaya "Arek", khususnya tari remo dan kidungan "jula-juli" yang merupakan bagian dari pertunjukan ludruk.

"Saya rasa Cak Kartolo itu legend. Pelawak dan juga budayawan ludruk yang dimiliki Indonesia," katanya usai menyerahkan penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas.

Selain Cak Kartolo, terdapat lima tokoh lainnya yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim tersebut.

Baca juga: Balada Cak Kartolo, sempat antre BLT hingga tawarkan rumah

Baca juga: Wali Kota Surabaya unjuk kebolehan seni peran dalam pentas ludruk


Masing-masing adalah Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Jatim Brigjen Fahmi Sudirman, Kepala Pengadilan TInggi Surabaya Kresna Menon, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Jatim drh Dedy Fachruddin Kurniawan, Ketua Ikatan Paramedik Veteriner Indonesia Jatim Efendy dan pemilik perusahaan batik ciprat Edy Wahyono.

Sementara Cak Kartolo berharap dari penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas yang diraihnya dapat memacu generasi muda untuk mencintai serta melestarikan kesenian tradisional "Jawa Timuran", khususnya ludruk.

"Kita, khususnya generasi muda, harus belajar ludruk yang asli itu seperti apa," ujarnya.

Cak Kartolo juga tidak mempersoalkan seniman generasi muda yang saat ini menggeluti kesenian ludruk modern.

"Ludruk modern juga gak apa. Pokok patokan dalam pertunjukannya tetap terdiri dari tari remo, ngidung 'jula juli' dan lawakan," tuturnya.

Cak Kartolo kini berusia 77 tahun. Seniman kelahiran Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang cuma lulusan Sekolah Rakyat itu telah menggeluti kesenian ludruk "tobong", atau pentas dengan berpindah-pindah tempat, sejak tahun 1970-an dan masih eksis sampai sekarang.

Di antaranya telah menghasilkan sebanyak 79 episode audio cerita ludruk dalam bentuk kaset, yang direkam sejak 1980-an. Potongan-potongan dari rekaman lawakannya tersebut sampai sekarang viral di media sosial.

Baca juga: Seniman ludruk Cak Sapari dirawat di RSUD Soewandhie

Baca juga: Bantuan gamelan untuk kelangsungan Kesenian Ludruk

 

Pewarta: Abdul Hakim/Hanif Nasrullah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023