Aktifkan media sosialmu, apapun yang kalian bagikan, apapun itu bentuknya, sangat bermanfaat untuk keberlangsungan satwa liar, termasuk orang utan, dan bisa membantu kerja pemerintah kita...
Jakarta (ANTARA) -
The Wildlife Whisperer of Sumatera (2WS), sebuah platform digital yang memberi wawasan dan kesadaran pada generasi muda tentang isu satwa liar dan konservasi, menyatakan kampanye digital melalui media sosial bisa melindungi habitat orang utan.
 
“Aktifkan media sosialmu, apapun yang kalian bagikan, apapun itu bentuknya, sangat bermanfaat untuk keberlangsungan satwa liar, termasuk orang utan, dan bisa membantu kerja pemerintah kita dan teman-teman lembaga nirlaba yang bergerak di lapangan, dengan catatan, konten harus berupa edukasi dan penyadartahuan, bukan sebatas sensasi,” kata Direktur 2WS Arisa Mukharliza  dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
 
Pada diskusi dalam rangka  memperingati Hari Orang utan Sedunia 2023 yang jatuh pada 19 Agustus, ia menyampaikan kasus flexing atau pamer konten interaksi manusia dengan satwa liar yang dilindungi belakangan memang banyak mewarnai media sosial dan mirisnya sebagian besar dilakukan oleh pemengaruh (influencer).

Hal itu menjadi perhatian khusus pihaknya, sehingga dilakukan edukasi dan sosialisasi pada pemengaruh yang dengan sengaja memelihara satwa liar yang seharusnya dilindungi.

Baca juga: Orang utan Indonesia jadi perhatian ASEAN dan dunia
 
“Kepada influencer yang sering melakukan flexing memelihara satwa liar, kita terus melakukan mediasi dan sosialisasi, misalnya ada salah satu kasus, seorang influencer kami dapati memelihara monyet ekor panjang yang merupakan satwa dilindungi dengan alasan lucu. Kami kemudian membuka jalur pertemanan kepada influencer tersebut, memberi edukasi setiap hari, mengapa monyet ekor panjang tidak boleh dipelihara,” ujarnya.

Ia memaparkan saat ini masih ada perburuan anak orang utan Sumatera untuk diperjualbelikan dan rendahnya hukuman terhadap pelaku kejahatan membuat kegiatan ilegal itu belum bisa dihentikan.
 
Selain itu orang utan Tapanuli terancam habitatnya karena pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, Sumatera Utara. Hal itu menyebabkan orang utan Tapanuli  malnutrisi dan ditemukan berkeliaran di kawasan kebun warga sehingga terjadi konflik dengan manusia.
 
“Orang utan Sumatera terancam punah akibat deforestasi, perburuan, dan perdagangan satwa, selain itu penegakan hukum, dan pengalihan fungsi hutan untuk kebun sawit juga menjadi perhatian. Selain itu, pembangunan PLTA Batang Toru juga membuat habitat mereka terancam punah, yang menyebabkan konflik lahan antara satwa dan manusia,” katanya.
 
Untuk itu ia berpesan agar generasi muda untuk memilih pemimpin masa depan yang membuat rencana pembangunan dengan melibatkan konservasi lingkungan dan alam.

Baca juga: Menemukenali spesies orang utan di Indonesia
Baca juga: Orang utan masuk ke permukiman warga di Palangka Raya
 
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023